pendidikan

HGN 2019, Komisi X DPR RI Soroti Daruratnya Jumlah Guru

Oleh: Roki EP Editor: Roki EP 10 May 2020 - 11:39 bengkulu

KBRN, Bengkulu : Memperingati Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2019 ini, menjadi refleski untuk melihat permasalahan pendidikan di Indonesia.

Dimana ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dihadapi, seperti darurat jumlah guru terutama di daerah kontinental (kepulauan) yang tidak terdistribusi dengan baik.

“Bagaimana mau bicara pendidikan yang baik, jika jumlah ketersediaan guru pun bermasalah, karena tidak terkelola dengan baik,” ungkap Anggota Komisi X DPRI RI, Hj Dewi Coryati, ketika menyikapi peringatan HGN tahun ini.

Dewi menjelaskan, jumlah kekurangan tenaga pendidik di Indonesia cukup fantastis, dengan mengacu pada data Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kekurangannya saat ini berjumlah 3.017.296 guru.

Bahkan untuk guru yang berstatus ASN saat ini sebesar 1.483.265 dan guru yang Non-ASN sebanyak 1.534.031.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yakni melakukan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K),” ujar politisi perempuan PAN ini, Senin, (25/11/2019).  

Selain itu ia juga menyatakan, pentingnya keberadaan guru honorer dalam mengatasi permasalahan kekurangan jumlah tenaga didik di Indonesia.

Dari data saat ini terjadi peningkatan jumlah guru honorer pada Desember 2018, yaitu mencapai 41.000 guru. Sedangkan sebelumnya pada akhir 2017, terdapat 735.825 guru honorer.

Tetapi keberadaannya di dunia pendidikan Indonesia, menjadi persoalan yang belum bisa terselesaikan dalam waktu cepat, karena yang diangkat hanya dengan surat keputusan kepala sekolah, yang harus diselesaikan sebanyak 736.000 dari 2.021.000 orang.

Pemerintah melalui Kemndikbud RI agar konsisten dengan melakukan pengangkatan guru, khususnya guru status K2 yang tidak ikut tes. Saya menyarankan pengangkatan jumlah ASN untuk di sekolah sebagai tenaga pendidik, itu bagaimana solusinya kedepan agar guru-guru dapat naik kesejahteraannya dan mereka yang guru honorer dengan masa bakti yang sangat lama dapat diangkat segera menjadi guru berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN),terangnya.

Lebih jauh Anggota DPR RI dari Dapil Bengkulu ini juga meminta, pemerintah harusnya segera mengaktifkan guru berstatus P3K,karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 tahun 2018, tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) mengatur mengenai hak dan kewajibannya.

Selanjutnya berdasarkan PP itu, masa Hubungan Perjanjian Kerja bagi PPPK paling singkat satu tahun, dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja.

Itu saya kira dapat menjadi dorongan untuk mempercepat kekurangan guru yang ada saat ini khususnya di luar wilayah Pulau Jawa. Kemudian melalui momen hari guru ini, para guru harus diberikan keleluasaan berinovasi di dalam kelas, kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, dan yang utama pemerintah juga tetap harus memperhatikan kesejahteraan hidup para guru, serta terus melakukan peningkatan kualitas melalui pengembangan kapasitasnya sebagai seorang pendidik,” jelasnya.

Disamping itu dia juga selalu berupaya menyuarakan peningkatan kapasitas dan kinerja guru, khususnya di Bengkulu, termasuk memperjuangkan bantuan beasiswa bagi anak didik tidak mampu sampai tahun 2019 yang berjumlah mencapai lebih dari 85.000 dari siswa jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK.

“Saya juga menyampaikan apresiasinya kepada guru di negeri ini yang sudah mengabadikan hasrat serta karyanya demi kemajuan bangsa. Tapi dalam pendidikan di Indonesia masih nampak mengutamakan satu jenis kecerdasan saja yaitu kecerdasan intelektual. Mengingat kecerdasan itulah yang pengukurannya dianggap jelas, yang bisa diukur dengan komponen yang tampak, berbeda dengan kecerdasan emosi dan spiritual yang lebih bersifat abstrak. Menjadi tak adil rasanya jika ketidakseimbangan itu terus menerus terjadi,” papar Anggota DPR RI yang masuk periode ketiga kali ini.

Kendati demikian Dewi juga menitip pesan kepada Guru Indonesia terkhusus di seluruh pelosok Tanah Air ini, agar jangan pernah bosan dan lelah untuk menanamkan anak-anak bangsa berfikir intelektual, inovatif, berbudi luhur, menumbuhkan empati sosial, dan sikap kritis karena niscaya masa depan dan kemajuan bangsa Indonesia ada di tangan mereka semua.

“Sekali lagi saya juga mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas dedikasi yang tak mengenal batas dalam mendidik generasi penerus bangsa. Semoga amalan para guru mendapat ridho dari Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda,” demikian Dewi.