KBRN, Subang : Kepala Desa Belendung Hartono meminta pihak PT Taekwang Industrial Indonesia, untuk memberikan akses masuk bagi masyarakat Desa Belendung, yang akan memperbaiki saluran air yang menuju ke Situ Belendung dan berada di dalam lokasi PT Taekwang. Karena menurut Hartono, saat ini masyarakatnya kesulitan ketika air dari Situ Belendung, salurannya tersendat dan tersumbat di sekitar areal Taekwang, dan berdampak terhadap hasil produksi pertanian.
"Masyarakat kami sangat membutuhkan saluran air yang melintasi areal PT Taekwang, untuk mengairi lahan pertanian, dan masyarakat kami kesulitan sekali saat hendak memperbaikinya, karena akses jalannya tertutup oleh tiga titik jembatan yang dibangun Taekwang," ujar Hartono kepada Wartawan di Subang, Senin (29/4/2019).
Hartono menyebutkan, persoalan lainnya yang perlu perhatian dari pihak PT Taekwang yakni, persoalan perbaikan saluuran air yang menuju Situ Belendung, dan persoalan normalisasi, yang harus menjadi tanggungjawab Taekwang.
"Keberadaan PT. Taekwang sendiri, sebagian besarnya berada di desa kami, jadi sudah sewajarnya Taekwang bertanggungjawab, dan harus memberikan dampak positif terhadap masyarakat kami, salah satunya dengan melakukan perbaikan saluran air, sekaligus melakukan normalisasi situ Belendung," tegasnya.
Alasan dari tuntutan itu menurutnya, sangatlah wajar, karena ekopon yang dimiliki Taekwang dibuang ke aliran sungai yang bermuara di Situ Belendung, sehingga residu dari ekopon itu, saat ini sudah mengendap di sepanjang aliran sungai, sekaligus terjadi endapan di Situ Belwndung tersebut.
"Harapan saya dan masyarakat desa Belwndung, taekwang secepatnya melakukan normalisasi itu, jangan sampai persialan ini dibiarkan, yang nantinya akan merugikan masyarakat kami," terang Hartono.
Ia menambahkan, air Situ Belendung itu, tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat petani desa Belendung, tetapi ada 9 desa yang ada di Kecamatan Cibogo, dan Kecamatan Cipunagara, apabila sidementasi di Situ Belendung ini tidak secepatnya dilakukan, maka masyarakat petani di 9 desa di 2 kecamatan itu, tidak bisa bertani secara maksimal, terlebih saat ini menghadapi musim kemarau.
/1dey6w4qal7a26f.jpeg)
