info-publik

Nursiyah, Gantikan Suami Penuhi Kebutuhan Keluarga

Oleh: Satiran Editor: Super Admin Portal RRI.co.id 10 May 2020 - 11:53 kbrn-pusat
KBRN, Takengon: Pagi setelah subuh berjalan sejauh lebih dari 1 kilometer merupakan hal yang biasa dilakoni Nursiyah 56 tahun warga desa Blangkolak II Kecamatan Bebesen Aceh Tengah untuk menuju masjid Agung Ruhama Takengon.

Di usia yang sudah terbilang tidak muda lagi itu, bukanlah langkah yang mudah untuk ibu beranak 9 itu sampai di masjid Agung Ruhama Takengon untuk selanjutnya bekerja sebagai seorang tukang sapu halaman masjid.

Pagi itu, sekitar jam 10, kami mencoba mengunjungi rumahnya di jalan Man 2 Takengon, dusun Musara Alun II, gang Antara.

Suasana sepi terlihat saat kami melangkahkan kaki menuju depan rumahnya. Hanya terdengar suara kicauan burung dan sayup-sayup suara mesin pengolahan tahu yang persis berada di belakang rumahnya.

Salam kami disambut hangat. Pemilik rumah mempersilahkan masuk ke rumahnya dengan ruang tamu yang hanya berukuran tidak lebih dari 4 meter.

Di ujung sudut rumah tersebut, tampak lelaki paru baya sedang terbaring dan tampak berselimut.

Setelah kami tanya, lelaki itu adalah suami dari Nursiyah bernama Muhammad Idrus, 67 tahun yang sedang menderita struk sejak lebih dari 2 bulan lalu.

“Enggak tahu lah, yang kuasa yang tahu. Wawak enggak tau apa-apa. Serahkan sama yang kuasa, serahkan sama Allah. Gini, dia enggak ada sakit apa-apa, kalau ada kan enggak jadi masalah karena ada tahu sakit. Ini enggak ada apa-apa, itu yang sakit, rasanya pingin menjerit. Mau pigi sembayang sarung jatuh terus enggak bisa ambil, kenapa Ayah? Entah tiba-tiba kebas katanya. Terus lama-lama bicara lain, terus enggak bisa sembahyang berdiri,”ucap istri M Idrus, Nursiyah, Rabu (8/5/2019)

Kini, Nursiyah harus menggantikan aktifitas suaminya bekerja sebagai tukang sapu halaman masjid Agung Ruhama Takengon yang sudah dilakoni 6 tahun lalu oleh suaminya.

Dalam bekerja, Nursiyah tidak sendiri, ada anaknya yang mencoba membantu sang ibu untuk membersihkan halaman masjid Ruhama Takengon.

“Masjid Raya. Nyapu, udah ada enam tahun. Wawak kerja disitu gantiin Bapak yang sakit. Kadang minta bantuan anak-anak untuk nyapu di masjid,”ungkapnya lagi.

Sebelum berangkat, pagi buta harus mengurusi suami yang dicintainya itu mulai dari sarapan hingga bersih-bersih.

“Asal pagi habis sembahyang, sarapan, ganti pempers, terus saya pergi, sampai jam delapan,”paparnya lagi

Hal ini jauh berbeda, saat sang suami belum jatuh sakit. Pada saat itu, setelah subuh pasangan suami istri ini selalu pergi bersama dan membersihkan halaman masjid Ruhama.

Menggantikan suami bekerja, bukan perkara mau tidak mau. Akan tetapi sebuah jalan untuk menyambung hidup, karena tidak ada pekerjaan lain.

“Kalau enggak itu yang kita kerjakan, apa yang mau untuk belanja, untuk makan sehari-hari,”keluhnya

Diungkapkan Nursiyah, tidak ada pekerjaan lain sekembalinya dari kegiatan bersih-bersih di Masjid.

Untuk mencari penghasilan tambahan, keahlian yang dimiliki adalah memijat. Maka dirinya mengaku senang jika ada orang yang membutuhkan keahliannya.

“Kalau ada yang urut orang kalau diminta, kalau yang udah tahu ya datang kemari. Kecuali yang melahirkan ya kesana. Bapak ya minta tolong anak yang jaga,”jelasnya lagi

Dengan kondisi serba tidak kecukupan, Nursiyah mengaku tetap tabah menjalani hidup dan mencoba patuh atas perintah sang Khaliq. Tidak saja dirinya yang menjalankan ibadah puasa. Suaminya yang sakitpun juga berpuasa.

Namun, sang istri tidak tega melihat suaminya dalam kondisi sakit berpuasa. Terkadang sedikit memaksa untuk berbuka puasa pada siang hari untuk suaminya.

“Puasa. Kemarin minta puasa, udah dikasih setengah hari, wawak suruh buka. Jangan nanti sakit lainnya lagi, perut, kan aku yang susah, enggak bisa kemana-mana takutnya. Enggak bisa ke masjid, enggak bisa urut orang,”keluhnya

Tak banyak yang diharapkan keluarga Idrus. Disampaikan Nursiyah, cukup untuk pengobatan agar sehat sedia kala, keperluan makan dan menyekolahkan anak. Tidak lebih

“Mengobati Bapak supaya sehat, untuk biaya anak sekolah, biaya di rumah, itu aja. Ada tiga anak yang tinggal disini, yang satu premature,”harap Nursiyah sembari meneteskan air mata