Mencicipi Makanan Khas Rusia Nan Lezat saat Ramadan

Oleh: Retno Mandasari Editor: Agus Rusmin Nuryadin 10 May 2020 - 11:52

KBRN, Jakarta : Keakraban begitu terasa ketika berbuka puasa yang dihelat oleh kedutaan besar Rusia di Jakarta, Rabu (29/5/2019), dimulai sesaat setelah adzan maghrib berkumandang.

Berbuka puasa yang digelar di rumah dinas duta besar Rusia, Lyudmila Vorobieva, itu tidak hanya memajang berbagai foto mengenai kehidupan muslim di sana.

Tetapi, juga sajian makanan yang disuguhkan kepada para tetamu undangan, tentunya turut menjadi hal menarik untuk dieksplorasi.

Diantaranya “Blini” atau panekuk berisi irisan daging salmon dan “plov” atau olahan nasi yang dimasak dengan daging kambing.

Menurut duta besar Vorobieva, kedua makanan tersebut memang bukan merupakan makanan khas yang disajikan setiap ramadhan, hanya saja masyarakat Rusia sangat menggemarinya.

“Makanan yang kami sajikan memang bukan merupakan makanan khas ramadhan, namun masyarakat Rusia sangat menyukai makanan-makanan ini,”ujar Vorobieva.

Dijelaskan Vorobieva, “Blini” sendiri merupakan makanan yang dihidangkan pada acara khusus.

“Kami tidak memakannya setiap hari, sebab porsinya sangat berat dan penuh citarasa. Dihidangkan saat perayaan natal, tahun baru, Idul Fitri hingga pernikahan,”paparnya.

Lebih lanjut Vorobieva menambahkan, bahkan terdapat waktu tertentu masyarakat Rusia mengadakan “Minggu Blini”, dimana selama seminggu mereka akan memakan “Blini” ketika transisi dari musim semi ke musim panas.

“Sebab, sebelum musim gugur tiba maka setiap hari Anda harus memakan Bliny. Karena, bentuknya yang bulat dan melambangkan “matahari”. Jadi, saat itu adalah perayaan bagi matahari. Jadi, itu adalah salah satu makanan yang kami makan di Rusia,”terang Vorobieva.

Sementara, “plov” sendiri menurut Vorobieva merupakan makanan yang berasal dari makanan Asia Tengah.

“Di sini juga kami sajikan “nasi plov” dengan kambing, memang makanan ini tidak terlalu “Rusia”. Tapi, makanan Rusia itu memang terpengaruhi dari Asia Tengah. Makanan ini sangat umum di Rusia dan masyarakat Rusia sangat menyukainya,”jelasnya.

Sebagai negara terbesar di dunia yang membentang luas di dua benua yaitu benua Asia (dibagian Utara Asia) dan benua Eropa (dibagian Timur Eropa), Rusia memiliki beberapa zona waktu.

Hal itu juga yang berpengaruh terhadap lamanya durasi puasa bagi muslim di sana.

Seperti yang dituturkan oleh Konselor Rusia di Jakarta, Albert Fayzullov.

Diplomat yang juga merupakan muslim Tatarstan itu mengatakan, berpuasa di Rusia memiliki durasi waktu yang sangat panjang bahkan mencapai lebih dari 18 jam.

“Saya rasa yang membuat berbeda antara muslim di Indonesia dan Rusia adalah, muslim di Rusia memiliki waktu berpuasa yang lebih panjang dikarenakan perbedaan waktu. Untuk saat ini waktu maghrib dimulai sekitar pukul 10.30 malam dan subuh sekitar pukul 04.00,”jelas Fayzullov.

Albert mengungkapkan, bahkan bagi muslim yang berada di wilayah kutub terpaksa mengacu pada waktu Mekah selama ramadhan, disebabkan wilayah tersebut mengalami waktu siang sepanjang 6 bulan dan 6 bulan lainnya mengalami waktu malam.

“Kemudian, untuk informasi bagi Anda bahwa banyak zona waktu di Rusia serta ada pula area “polar”. Dimana sepanjang 6 bulan mengalami waktu siang dan 6 bulan lainnya mengalami waktu malam. Sehingga, masyarakat muslim di sana mengacu pada waktu Mekah selama ramadhan,”terangnya lagi.

Albert Fayzullov yang telah berada di Indonesia selama 2 tahun itu mengatakan, kehangatan masyarakat Indonesia membuatnya terkejut, sebab hal itu juga merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh muslim Rusia.

“Ini adalah kesempatan pertama bagi saya di sini dan saya sangat senang. Untuk saya jika dibandingkan dengan Indonesia, saya sempat terkejut “dalam artian yang baik”. Yaitu, atmosfir kekeluargaan yang hangat seperti di Rusia ke manapun saya pergi, siapapun yang saya temui. Mereka mengerti saya meski saya tidak berbahasa Indonesia, tapi karena saya muslim dan orang-orang bisa memahami saya,”tutup Fayzullov.

Sementara, Islam merupakan salah satu agama di Rusia dengan jumlah penganut terbesar khususnya di Tatarstan yang merupakan Subyek Federal Rusia.

Meski demikian, seperti halnya di Indonesia, masyarakat Rusia yang sebagian besar menganut Ortodoks, hidup berdampingan dengan agama lainnya dalam harmonisasi dan kedamaian.