KBRN, Malang: Warga Jawa Timur tentunya sudah tak asing lagi dengan rawon. Masakan berupa sup daging berkuah hitam ini memang dikenal sebagai salah makanan khas Jawa Timur. Namun setiap daerah di Jatim memiliki cita rasa rawon tersendiri.
Rawon khas Malang misalnya, memiliki cita rasa bumbu 'kluwek' yang lebih pekat. Sehingga warna kuahnya lebih hitam. Selain itu, rawon Malang punya lauk yang lebih lengkap. Mulai dari empal goreng, paru, limpa, dan lauk lainnya.
Budayawan Malang sekaligus pengusaha kuliner, Dwi Cahyono menilai, rawon sebenarnya bukan makanan khas Malang, tetapi Jawa Timur. Namun bisa dikatakan khas ketika makanan itu sudah mengakar di suatu daerah. Rawon pun kini bisa menjadi makanan khas warga Malang karena sudah digemari sejak zaman kemerdekaan. 'Nowar', begitu warga Malang biasa menyebut makanan ini.
Ia menuturkan, Rawon Inggil ataupun Nguling telah ada di Malang sejak tahun 1981, lokasinya di Jalan Zainal Arifin. Kemudian, ia baru mendirikan rawon Inggil pada tahun 2004. "Sebelumnya nenek saya yang pertama kali mendirikan warung Rawon Nguling di Problinggi pada tahun 1950-an. Pusatnya memang disana," kata pria yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Malang ini.
Menurut Dwi, antusiasme warga Malang maupun wisatawan untuk makan rawon cukup tinggi. Bahkan di akhir pekan, baik Rawon Inggil maupun Rawon Nguling kerap dipadati wisatawan untuk mencicipi rawon khas Malang seharga Rp 40 ribuan per porsi. "Kalau akhir pekan ramai, tidak hanya dari Malang saja, tetapi juga dari luar Malang," ungkap Dwi.