tanggap-bencana

Dampak Kekeringan Mulai Melanda Bima Dan Dompu

Oleh: Mujtahidin Editor: 10 May 2020 - 11:48 kbrn-pusat

KBRN, Bima : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) Bima, Nusa Tenggara Barat, memprediksi kemarau tahun ini akan panjang melanda wilayah Kabupaten Bima dan Dompu. Tanda-tanda kekeringan akan berlangsung panjang ini, dibuktikan dengan mulai terjadi krisis air bersih di sejumlah wilayah.

Memasuki kemarau yang diperkirakan panjang, Pemerintah kabupaten Bima, meminta warga mengatisipasinya. Ancaman terjadinya gagal panen dan terserangnya berbagai penyakit akibat dampak kemarau, sewaktu-waktu bisa menyerang warga. 

Bupati Bima Hj Indah Damayanti Putri mengatakan, saat ini Pemkab Bima, sudah melakukan berbagai upaya. Khusus untuk dampak kemarau yang berakibat kekurangan air bersih, Pemkab Bima sudah melakukan distribusi air bersih.

Sementara untuk dampak yang akan mengakibatkan terserangnya penyakit warga, Bupati sudah memerintahkan Dinas Kesehatan untuk melakukan sosialisasi pencegahan. 

“Sejauh ini kami masih berkerja ya, terkait dana itu itu nanti kita bisa siasati. Saya minta dukungan semua pihak untuk bisa membantu dan mengatasi krisis air bersih ini,” katanya, Rabu (31/7/2019)

Kepala Desa dan warga, lanjut Bupati, diminta untuk terus berkoordinasi dan memberikan laporan kepada BPBD dan Pemkab Bima, terkait kondisi kekeringan agar bisa segera diatasi.

Ditambahkan, sejauh ini Bupati Indah belum menerima laporan dampak kemarau terhadap warga. Namun demikian, Bupati meminta warga untuk bisa tetap bisa menjaga lingkungan dan tetap menerapkan pola hidup sehat. Beberapa wilayah yang saat ini sudah terdeteksi seperti di Rade, Sanolo, Wera, Sangian dan Tawali.

Sementara itu, di Kabupaten Dompu, daerah yang bertentanga dengan Kabupaten Bima, juga mengalami krisis air bersih. BPBD Kabupaten Dompu, sudah melakukan pemetaan wilayah kekeringan. 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Dompu, Imran M Hasan menyebutkan, Desa Serakapi di Kecamatan Woja dan Desa Ranggo di Kecamatan Pajo, merupakan daerah yang paling parah mengalami kekeringan. 

“Bahkan, petani di dua desa tersebut, terpaksa mengistirahatkan lahannya akibat tidak adanya air irigasi. Sumur bor dalam yang dibangun pemerintah tahun 2016 pun, tidak mampu memasok air irigasi akibat tidak adanya air, bahkan untuk di tarik menggunakan pompa, juga tidak mampu,” katanya.

Keberadaan Bendungan Raba Baka Kompleks yang diresmikan Presiden RI Joko Widodo tahun 2018 lalu itu, belum optimal beroperasi. Saat ini masih dilakukan perbaikan-berbaikan saluran, sehingga bendungan yang diharapkan mampu mengatasi krisis air itu, belum mampu membantu petani.