info-publik

Audisi Anak untuk Olahraga jauh dari unsur Eksploitasi

Oleh: Adi Wiyono Editor: 10 May 2020 - 11:45 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta :  Saya menulis catatan ini dari Siberia, tepatnya dari Khanty-Mansyist, kota  tempat digelarnya pertandingan Piala Dunia Catur 2019, Senin (9/9/2019). Ada 128 pemain catur dunia yang memenangkan zona mereka masing-masing datang dan bertarung untuk menjadi juara dunia. Satu di antaranya, GM Susanto Megaranto dari Indonesia. Ia juara zona 3 Asia yang dimenangkannya di Ulan Baatar, Monggolia.

Susanto menjadi Grand Master catur dalam usia 17 tahun, suatu prestasi tersendiri. Artinya, jauh sebelumnya, di masa kanak-kanaknya, ia telah terlibat serius bermain catur. Susanto kecil hanya anak petani gurem di Indramayu. Melalui audisi catur, ia terjaring oleh Enerpac, perusahaan yang pemiliknya sangat peduli dengan catur. Susanto kecil, belum berusia 10 tahun pun dihijrahkan ke ibukota agar dapat berlatih dan bertarung dengan lawan-lawan yang lebih kuat.

Namun untuk menjadi pecatur kelas dunia, Susanto memerlukan lawan tanding kelas dunia pula. Kali ini PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mengirimkannya untuk berlatih tanding selama enam bulan di Eropa. Susanto kecil pun bertiwikrama menjadi raksasa catur yang disegani dan kemudian menciptakan rekor Indonesia menjadi GM di usia 17 tahun.

Pengalaman ini menjelaskan, dalam olahraga bakat harus dicari saat usia muda. Itu sebabnya audisi menjadi sangat penting. Melalui audisi yang keras akan terpilih talenta berbakat yang dapat dilatih untuk mampu bertarung di kelas dunia.

Audisi olahraga juga sangat demokratis, yang terpilih bukan karena orang tua, kaya atau miskin, atau apa agamanya, namun semata karena bakatnya. Karena bakatnya itu yang akan membantunya bertarung di tingkat dunia, bukan karena keturunan atau agamanya.

Hal itulah yang secara konsisten dilakukan oleh Djarum Foundation, sehingga Indonesia beruntung memiliki juara-juara dunia bulutangkis. Saya dapat membayangkan betapa berbahagianya perusahaan yang membinanya melihat anak-anak kecil itu bertiwikrama menjadi raksasa-raksasa olahraga kelas dunia. Kebahagiaan dan kebanggaan yang jauh dari sekadar menjual produk-produk perusahaan. Karena kerja dan kelelahan telah terbayar bagi kebanggaan Bangsa dan Negara.

Oleh : Dr. Retno Artsanti (Praktisi CSR)