info-publik

Adiwiyata, Potret Dunia Pendidikan Antara Kompetisi dan Edukasi Ekologi Lingkungan

Oleh: Lalang Gumilang Editor: 10 May 2020 - 11:44 kbrn-pusat
KBRN, Bakam; Ibarat sebuah kompetisi, memburu untuk menjadi yang terbaik kerap kali harus dilalui dengan berbagai penuh perjuangan bahkan tak surut dengan pengorbanan. Ironisnya untuk menjadi yang terbaik adakalanya dilakukan secara instan tak jarang pula didramatisir hanya demi meraih sebuah lambang supremasi.

Di luar dari sisi akademik, 'pacuan' di dunia pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar, SMP, hingga SMA atau SMU dan sekolah yang sederajatnya kejaran kepada lambang supremasi itu memunculkan, satu sebutan diantaranya adalah predikat sekolah Adiwiyata. Terhadap itu, masih kiranya ada pengelola sekolah yang mendramatisir keadaan dan berdiplomasi mengurai sekian alasan seakan membawa pesan 'jangan salah memilih' ketika Tim Evaluator Adiwiyata datang di sekolah itu.

Sesungguhnya Adiwiyata (Green School) merupakan salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang memiliki tujuan untuk mendorong terciptanya pengetahuan serta juga kesadaran warga sekolah dalam pelestarian lingkungan hidup.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 pada Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata menyatakan bahwa sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli serta berbudaya lingkungan dan juga program Adiwiyata ialah suatu program untuk dapat mewujudkan sekolah yang peduli serta juga berbudaya lingkungan.

Sejak bergulirnya program Adiwiyata, maka menjadi keharusan bagi setiap sekolah untuk mewujudkan program itu. Perwujudannya, untuk bisa dinyatakan sebagai penyandang sekolah Adiwiyata serta merta melibatkan tidak hanya bagi pengelola sekolah tapi juga pihak lain. Semisal, sejauhmana partisipasi masyarakat lingkungan sekolah terlibat dalam pengejawantahannya.

"Suka pak, seperti sumbangan bibit kayu, dan mengajak semua wali murid untuk sama sama menjaga keasrian sekolah yang telah ada. Untuk Adiwiyata saya sangat mendukung apalagi melihat antusias wali murid dalam mendukung kegiatan tersebut sangatlah positif," kata Hamzah, Wali Murid di SD Negeri 3 Bakam Kabupaten Bangka, Sabtu (14/9/2019)

Hamzah, Wali Murid dimana putrinya duduk di kelas 1 SD 3 Bakam itu, mengaku panggilan atau undangan dari pihak sekolah kerapkali ia terima. Perihal undangan itu diantaranya menyoalkan bagaimana upaya membuat lingkungan sekolah yang asri, terkait penghijauan, kebersihan dan kesehatan sekolah.

Adanya kekeringan di musim kemarau saat ini pada sebagian wilayah di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak menyurutkan langkah edukasi nilai-nilai ekologi di kalangan pendidik untuk tetap menjaga hijaunya lingkungan sekolah.

Strategi edukasi nilai-nilai ekologi yang mencerminkan interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya itu, diantaranya dilakukan pengelola sekolah SD Negeri 3 Desa Mangka Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka. Hal itu dilakukan bekerjasama dengan wali murid yang tergabung Komite Sekolah.

Ketika ditemui penulis di sekolahnya, Kepala SD Negeri 3 Bakam Sopiyatun mengatakan meski saat ini musim kemarau perawatan tanaman, baik itu di lahan lingkungan sekolah maupun yang tertanam di medium tetap dirawatnya, penyiraman dilakukan rutin setiap hari meski dalam keterbatasan air bersumber PAM dan air Bor.

Sopiyatun mengatakan, selain perawatan pada tanaman, edukasi terkait ekologi dan penghijauan lahan terus dilakukan kepada anak didiknya bahkan disambut para wali muridnya dalam kurun waktu tertentu. Gotong royong dalam mendukung penghijauan pun menjadi kegiatan yang teragendakan.

"Untuk terkesan rapih dan bersih, kami juga akan melakukan pengecetan pagar sekolah. Para wali murid siap membantu kami untuk pengecetan. Kami siap lakukan secara swadaya," kata Sopiyatun saat dikunjungi Tim Evaluator Adiwiyata Bangka

Hal senada diakui pelaksana teknis keasrian lingkungan sekolah, Alwi. Menurutnya, peran partisipatif masyarakat khususnya wali murid dalam penghijauan diapresiasi dan dibantu secara sukarela dengan masing-masing membawa bibit tanaman.

"Ruang terbuka hijau ini, kami rawat. Disini kami jaga tanamannya. Ya kalau ada yang kering-kering, ya itu kendala di musim kemarau ini. Tapi tanaman ini kan masih ada yang hidup," ujar Alwi seraya menunjuk spesias tanaman-tanam yang tetap tumbuh.

Terkait edukasi ekologi lingkungan yang disampaikan kepada anak didiknya, jenis dan nama tanaman sengaja dituliskan namanya pada setiap pohon yang ada. Hal itu dimaksudkan agar anak-anak usia dini itu bisa menambah pengetahuan mereka. Jenis dan nama pohon itu antara lain; Pelawan, Simpur, Keramunting, Bunga Lonceng dan sebagainya.

Berkomentar akan sekolahnya yang dipersiapkan menjadi sekolah Adiwiyata di Kabupaten Bangka, Alwi mengatakan ada atau tidak adanya Adiwiyata, upaya penghijauan dan kelestarian lingkungan sekolahnya telah dan terus dilakukan. Karena sentuhan edukasi ekologi dan perilaku hidup sehat dan bersih menjadi rutinitas dan bagian silabus pada sitem pendidikan pada para siswanya.

Sosok SD Negeri 3 Bakam adalah potret dari sekian sekolah di Kabupaten Bangka yang menyikapi Adiwiyata dalam implementasi pendidikan yang secara tidak langsung sudah menyisipkan edukasi ekologi lingkungan pada anak didiknya.

Menurut Yuli Tulistianto, yang juga anggota Tim Evaluator Adiwiyata 2019 di Kabupaten Bangka, verifikasi menuju penilaian Adiwiyata tidak sesederhana yang diperkirakan pihak guru ataupun wali murid. Ada beberapa indikator dalam memverifikasinya.

"Verifikasi itu meliputi implementasi kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan," jelas Yuli Tulistianto, yang akrab disapa Tulis.

Tulistianto yang juga Kasi Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka itu, mengatakan empat standar verifikasi itu implementasinya bisa dibuktikan secara administratif dan tervisualkan dengan bukti-bukti kongrit berupa dokumen.

Menurut Tulis, prinsip pelaksanaan program Adiwiyata yang juga jangan diabaikan pihak sekolah ataupun wali murid dan masyarakat adalah prinsip partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif, seluruh komponen sekolah itu terlibat dalam semua proses; mulai perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dan bertanggung jawab pada perannya masing-masing. Hal itu dilaksanakan secara berkelanjutan hingga pola hidup bersih dan sehat lingkungan menjadi budaya di sekolah itu.

"Bukan untuk Adiwiyata saja, prinsip partisipatif dan berkelanjutan itu juga bisa dilakukan dalam hal lain," kata Tulistianto seraya berharap bahwa Adiwiyata bukan satu-satunya menjadi tujuan.