info-publik

Indahnya Toleransi Beragama di Wihara Dharma Bhakti Glodok

Oleh: Retno Mandasari Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:44 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Indonesia merupakan negara yang subur, makmur dan dikaruniai dengan keberagaman suku serta agama masyarakatnya yang hingga kini hidup berdampingan.

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, Indonesia tentunya juga memiliki masyarakat dari agama maupun kepercayaan lain.

Seperti Kristen Katolik, Protestan, Budha, Kong Hu Cu maupun Hindu.

Kerukunan antar umat beragamanya, tidak hanya berlangsung dalam kehidupan sesama umat beragama itu sendiri. Tapi, juga berlangsung di dalam rumah ibadah.

Seperti yang terlihat di klenteng Kim Tek Ie atau lebih dikenal dengan nama Wihara Dharma Bhakti.

Melewati gang-gang sempit, tidaklah menjadi masalah bagi umat Budha yang akan beribadah ke salah satu wihara tertua di Indonesia itu.

Wihara yang berlokasi di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat tersebut, memiliki sisi lain yang pantas untuk dikulik lebih dalam.

Yaitu, pernahkah terpikirkan oleh Anda bahwa Wihara sebagai suatu tempat peribadatan umat Budha, juga dapat menjadi tempat dimana kita belajar bertoleransi.

Ya, wihara Dharma Bhakti turut mempekerjakan karyawan lintas agama.

Seperti, Akbar yang merupakan petugas keamanan dan beragama Islam.“

Akbar yang telah bekerja selama 3 tahun di sana, mengatakan, meski bukanlah penganut agama Budha, namun ia tidak mendapatkan masalah apapun.

“Tiga tahun kerja di sini. Apa aja kerja yang penting halal. Betah Alhamdulillah, aku di sini keamanan buat awasi orang gila, takut mereka macem-macem ambil duit. Kalau dulu belum, masuk aja kerja. Kalau sekarang tahu wihara itu tempat sembahyang orang Budha,” ujar Akbar ketika ditemui belum lama ini di wihara Dharma Bhakti.

Menurut Akbar, yang terpenting adalah sikap saling menghargai. 

“Untuk kita menghargai aja. Biasa aja, baik aja. Biar beda-beda tetap satukan, Bhinneka Tunggal Ika,” imbuhnya.

Kehidupan antar umat beragama yang harmonis di wihara Dharma Bakti, juga dirasakan oleh pekerja lainnya, yaitu Dedi.

Dedi adalah seorang muslim seperti Akbar dan kesehariannya bekerja sebagai Office Boy.

Dedi menyatakan selama tiga tahun bekerja tidak mendapatkan masalah apapun terkait dengan kepercayaan dan keimanan.

“Kitakan masalah agama masing-masing. Dia dengan caranya dia dan kita menghargai. Tidak ada masalah, ibaratnya lakumdinukum waliyadin tidak saling mengganggu yang penting damai,” terang Dedi.

Dedi menuturkan, bahkan pengurus wihara tidak pernah melarang karyawan muslim untuk menunaikan ibadah pada waktunya.

“Tidak pernah membatasi, kalau memang saatnya ibadah saya silahkan itupun tidak ada gangguan dari pihak pengurus wihara sini,” tambahnya.

Dedi juga mengharapkan, masyarakat Indonesia tetap menjaga persatuan dan saling menghormati, meski berbeda-beda latarbelakang.

“Intinya kita satu Indonesia, Indonesia yang beragam agama ada muslim, Kristen, budha, hindu, meskipun kita beda agama kita saling menghormati aja. Namun, meskipun kita beda agama kita jangan saling mengganggu dan yang penting saling menghormati,” papar Dedi.

Toleransi antar suku dan umat beragama di Indonesia, telah dikenal oleh masyarakat dunia internasional bahkan sejak lama.

Sebagian besar mereka memuji keharmonisan dan sikap saling menghargai yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia, meski memiliki latarbelakang suku, agama bahkan kepercayaan yang berbeda.

Adalah, Jong, turis asal Jerman, yang tidak lupa menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Indonesia dalam menjaga perbedaan.

Jong yang beberapa kali mengunjungi Indonesia mengatakan, tidak hanya dikenal sebagai bangsa yang ramah, masyarakat Indonesia juga dikenal mampu menjaga persatuan meski banyak perbedaan.

“Terutama, masyarakat Indonesia itu sangat baik, meski dengan banyak perbedaan budaya dan etnis yang hidup berdampingan. Menyenangkan tentunya melihat orang-orang dapat hidup berdampingan dengan latarbelakang yang beda. Itulah mengapa kami memutuskan ke Indonesia untuk melihat hal-hal tersebut, “ ungkap Jong.

Apresiasi kehidupan beragama yang baik juga disampaikan oleh Sofia, turis asal Venezuela. Meski baru kali pertama ke Asia khususnya Indonesia, namun kehidupan beragama masyarakat Indonesia sangat berkesan baginya.

Menurut Sofia, toleransi dan harmonisasi kehidupan masyarakat dari suku maupun agama yang berbeda di Indonesia, tidak kalah berbeda dengan yang ia saksikan langsung di Singapura maupun Malaysia.

“Memang ada sejumlah alasan salah satunya adalah karena cuaca di sini. Buat saya ini adalah pengalaman saya ke Asia, pertama kami ke Singapura, Malaysia dan Indonesia. Jadi, beberapa Negara yang kami kunjungi itu memang memiliki tingkat toleransi yang baik. Tidak mengejutkan tapi Anda tetap bisa menjadi diri sendiri,” jelas Sofia.

Sebagai bangsa yang besar, tentunya Indonesia dimiliki oleh masyarakat yang besar pula dari berbagai latarbelakang.

Dengan memiliki lebih dari 17 ribu pulau, 1.300 suku bangsa serta 6 agama berbeda.

Namun, saat ini tugas besar berada dipundak masyarakat Indonesia, yaitu tetap menjaga persatuan dan kesatuan diatas apapun.

Menjaga kebhinnekaan dan berpegang teguh pada pancasila sebagai ideologi bangsa.