info-publik

Pasukan Elit PLN, Jaga Kehandalan Listrik dengan Jaminan Nyawa

Oleh: Anik Hasanah Editor: 10 May 2020 - 11:43 kbrn-pusat
KBRN, Probolinggo : Di Jawa Timur dan Bali, jarang sekali ada pemadaman listrik, bahkan ketika ada perbaikan sekalipun. Tahukah anda? Bahwa Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki pasukan khusus 'berani mati' untuk tetap menjaga kehandalan listrik. 

Saat Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN, pasukan khusus ini disebutnya 'Kopasus'. Mereka bisa memperbaiki jaringan listrik tegangan ekstra tinggi, untuk tetap menjaga kehandalan pasokan, meskipun tanpa harus memutus jaringan, alias tetap dalam keadaan bertegangan. 

Saat ini, pasukan tersebut diberi nama Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Salah satunya yang ada di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET), Paiton, Probolinggo. Mereka mampu memperbaiki, ditengah aliran listrik tegangan ekstra tinggi. 

Andri Dwi Arianto, selaku pengawas Tim PDKB mengatakan, untuk menjadi pasukan elit ini tidak hanya membutuhkan keahlian khusus dalam memperbaiki kerusahan, tetapi juga ada nyali dan keberanian yang tidak sepele. Karena resiko terberat yang bisa ditanggung adalah kematian. 

"Resikonya adalah kematian, kemudian peralatan terbakar," ucapnya saat ditemui di kawasan terbatas GITET Paiton, Jumat (27/9/2019).

Namun dirinya memastikan, prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diterapkan pasukan ini, tidak hanya dalam proses perbaikan dan pengerjaannya saja, tetapi juga untuk keselamatan diri sendiri. 

"Tapi itu semua sudah kami reduksi, menggunakan instruksi kerja, maupun SOP (Standart Operasional Prosedure) yang jelas," tambahnya. 

Bisa dibayangkan, pasukan yang khusus menjaga kehandalan listrik di GITET ini, harus berkutat dengan daya sebesar 315 Mega Watt (MW) dengan arus listrik mencapai 1.118 ampere.

"Kalau di rumah bisa bayangkan hanya 2 ampere atau 4 ampere, nah disini bisa sampai seribu ampere," katanya. 

Saat ditemui, Andri dan tim dengan melakukan perbaikan kontak finger atau pisau PMS dengan tegangan 150.000 kilo volt (kV). Meskipun kondisi hari ini cukup panas, namun tidak menyurutkan tim untuk melakukan pemeliharaan.

Sementara itu, Asep M. Yusuf, selaku supervisor GITET Paiton menjelaskan, salah satu bentuk perawatan pada Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi di Paiton tersebut adalah perbaikan 'anomali hotspot'. Perawatan ini, untuk menjaga konduktor agar tetap baik saat dilewati aliran listrik. 

"Ketika konduktor itu dilewati arus, apalagi ada sambungan sambungan, itu akan menimbulkan panas kalau kendor. Kendor itu akan menimbulkan hotspot," terangnya. 

Bagi PLN, anomali hotspot dapat merugikan, karena bisa melelehkan peralatan, atau bahkan membakar peralatan, yang berujung pada putusnya aliran listrik, hingga mengganggu pasokan ke berbagai wilayah suplaynya. 

"Hotspot itu dalam batas toleransi kita, dibawah 40° celcius itu diijinkan, diperbolehkan, tetapi kalau diatas 40° celcius, itu warning. Lama lama bisa merusak peralatan, mungkin juga bisa meleleh, itu dampak terburuk, makanya kami langsung mitigasi," tegasnya. 

Asep menceritakan, untuk mengetahui ada tidaknya anomali hotspot pada salah satu konduktor, pihaknya memiliki peralatan khusus yang disebut termograf. Rutin setiap malam, pihaknya melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suhu. 

"Nah, ketika suhunya sudah mencapai diatas 40° celcius, kami warning, kami sampaikan ke teman teman PDKB, jika sistem itu tidak boleh dipadamkan," tuturnya. 

Asep memaparkan, proses perbaikan anomali hotspot ini harus dikerjakan dengan proses PDKB (Pengerjaan Dalam Keadaan Bertegangan), karena jika dikerjakan dalam keadaan padam, akan menimbulkan discontinue (menghentikan) suplay listrik kepada pelanggan. 

Namun dipastikannya, mereka bekerja dalam keadaan safety atau aman. Semua, kata Asep, ada prosedur sendiri dan SOP sendiri, instruksi kerja sendiri, bahkan peralatan yanh dimiliki dan digunakan, telah disesuaikan. 

"Jadi mereka selalu di cek kesiapan peralatannya, kesiapan personilnya, dan personilnya rutin setiap 6 bulan, mereka dilakukan general ceckup. Karena mereka langsung bersentuhan dengan konduktor yang bertegangan," ucapnya. 

Dalam setiap pengerjaan, pasukan ini terdiri dari minimal 6 orang. Masing masing pengawas pekerjaan, pengawas K3, ada pekerja dan ground land untuk membantu transfer peralatan.