info-publik

Djoko Slameto, Satu-satunya Pembatik Laki-Laki Asal Madiun

Oleh: Eka Wulan Editor: 10 May 2020 - 11:43 kbrn-pusat
KBRN, Madiun : Kegiatan mencanting atau membatik tidak hanya dilakukan oleh perempuan. Djoko Slameto misalnya. Warga Jalan Sabdopalon No.19 Kelurahan Winongo, Kota Madiun ini telah mencintai dunia membatik sejak 29 tahun silam, tapatnya di Tahun 1990.

Djoko mengatakan, awal membatik dimulai dari keluarganya, di Bali dan Solo yang mencintai seni lukis. Bermula dari itulah, pria berambut gondrong itu mulai menekuni dan mengembangkan usaha batik di Kota Madiun.

Djoko menyebut, dirinya merupakan satu-satunya pembatik laki-laki di Kota Madiun. Karenanya ia bercita-cita membuat kampung batik di kelurahannya, namun terkendala modal yang cukup besar. Padahal, Djoko ingin batik Madiun dikenal oleh masyarakat luas.

"Batik itu kan nggak sekaligus bisa berkembang tapi butuh proses yang mestinya berjalan. Yang jelas paling utama itu harus akur dulu lah antar pembatik. Kalau bisa akur nanti bisa berkembang. Kendalanya saat ini ya di pemasaran," ungkap Djoko ditemui di rumahnya, Rabu (2/10/2019).

Djoko menuturkan, karena keterbatasan pemasaran, selama ini dirinya hanya melayani masyarakat sekitar, instansi swasta maupun sejumlah dinas di lingkup Pemkot Madiun. Disamping itu, mereka paling banyak memesan batik canting, ketimbang batik tulis. Sementara proses pembuatannya cukup rumit tergantung pola yang dipesan. Yang pasti membutuhkan ketelatenan.

"Orang membatik itu kan butuh telaten," tuturnya.

Uniknya, jika biasanya untuk membatik membutuhkan pola, lain halnya dengan Djoko yang idenya langsung dituangkan kedalam lembaran kain putih yang dibentangkan. Tentunya hal itu tidak mudah, karena apa yang akan dibuat harus terkonsep terlebih dahulu dalam pikiran.

Selama ini kata Djoko, Madiun yang baru berjalan adalah motif pecelan yaitu aneka sayur-sayuran seperti kacang panjang, kacang tanah, kangkung dan cabai. Kemudian ikon Madiun Karismatik, yaitu motif mata serta Madiun sejuta bunga. 

Di hari batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober, Djoko berharap pemerintah bisa memfasilitasi kreatifitas para pembatik agar tetap eksis sebagai warisan budaya. Kepada generasi muda, Djoko juga mengingatkan agar selalu mencintai batik karena merupakan produk dalam negeri.