info-publik

Bambang Soesatyo : Dari Jurnalis, Sampai Ketua MPR RI

Oleh: Editor: Syarif Hasan Salampessy 10 May 2020 - 11:43 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : 'Masuk itu barang', 'Selesai itu barang', demikian ungkapan lucu yang kerap dilontarkan Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin. Untuk pemilihan Ketua MPR RI periode 2019-2024, 'Selesai itu barang', artinya sudah selesai pemilihannya dengan Bambang Soesatyo atau karib disapa Bamsoet sebagai Ketua MPR yang baru.

Bukan secara voting seperti yang dilontarkan rival terdekat saat pemilihan yakni Ahmad Muzani dari Partai Gerindra, akan tetapi Bamsoet terpilih secara aklamasi secara musyawarah dan mufakat. 

Mengawali karir sebagai wartawan Harian Umum Prioritas pada 1985, pria dengan nama lengkap H. Bambang Soesatyo, S.E., M.B.A. tersebut lahir di Jakarta, 10 September 1962. Dan karir jurnalistiknya terus berlanjut pada 1987 dengan menduduki posisi Sekretaris Redaktur Majalah Vista, serta menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Info Bisnis pada 1991.

Kecintaannya pada dunia jurnalistik kembali berlanjut dengan menjadi Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Karya pada 2004, hingga akhirnya pada tahun yang sama ia duduk sebagai Direktur PT Suara Rakyat Membangun, perusahaan yang menaungi Suara Karya. Sebagai jurnalis, Bamsoet pernah mendapat penghargaan News Maker Award dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 2010.

BACA JUGA: Bamsoet vs Muzani, Permainan Logika Menuju Kursi Panas MPR-1

Selepas menggeluti dunia jurnalistik, berlanjut selama dua tahun sejak 2006-2007, suami dari Lenny Sri Mulyanti ini bergelut sebagai pebisnis. Dan seiring perjalanan waktu, ayah dari Dimaz Raditya Soesatyo tersebut akhirnya terjun ke dunia politik sebagai Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar sejak 2009. Dia didapuk sebagai Ketua Komisi III DPR RI menggantikan Aziz Syamsuddin pada 2016.

Masuk DPR, Bambang Soesatyo mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah VII wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen. Dirinya juga merupakan salah satu dari 9 (sembilan) anggota DPR RI yang membentuk Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century. 

Bamsoet dikenal kritis dalam menyampaikan pandangannya tentang Aliran Dana Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century. Namun pria yang saat ini berusia 57 tahun itu juga kerap menjadi sorotan publik karena gemar koleksi dan mengendarai mobil mewah.

Karir Bamsoet mengkilat saat terpilih menjadi Ketua DPR RI periode 2018-2019, menggantikan koleganya sesama kader Golkar, yakni Setya Novanto, yang tersandung kasus korupsi e-KTP.

Akhirnya, takdir membawa puncak karir politik Bambang Soesatyo pada Kamis malam, 3 Oktober 2019, kala dirinya secara aklamasi terpilih sebagai Ketua MPR RI periode 2019-2024, menyingkirkan saingan terdekatnya, Ahmad Muzani dari Partai Gerindra yang harus puas duduk sebagai Wakil Ketua MPR.

Sebagai Ketua MPR, Bamsoet mencakup 575 anggota DPR dan 136 anggota DPD. Hal ini dinilai banyak kalangan sebagai lompatan berarti untuknya setelah sebelumnya duduk sebagai Ketua DPR.

BACA JUGA: Menebak Penghuni MPR-1, Congratulazioni Benvenuto Bamsoet?

Bagi Partai Golkar sendiri, keberhasilan Bamsoet duduk di kursi MPR-1 ini merupakan sejarah. Kenapa demikian? Karena pasca reformasi, belum pernah ada kader partai beringin yang memuncaki pimpinan MPR. Sebut saja Amien Rais (PAN/1999), Hidayat Nur Wahid (PKS/2004), Taufik Kiemas (PDIP/2009), dan terakhir Zulkifli Hasan (PAN/2014), dan mereka semua bukan dari Partai Golkar.

Keberhasilan Bambang Soesatyo menduduki kursi Ketua MPR tak lepas dari kerja keras Fraksi Partai Golkar MPR pimpinan Zainuddin Amali. Kekuatan lobi Golkar pada delapan fraksi lain dan DPD berhasil membulaytkan suara untuk kemenangan Bamsoet. Sehingga boleh dikatakan, kemenangan Bamsoet malam ini adalah kemenangan Partai Golkar.

"Semua kader Golkar bekerja keras di bawah pimpinan Airlangga Hartarto. Bekerja bersama-sama untuk membuat Partai Golkar kembali diperhitungkan. Keberhasilan Bamsoet menduduki kursi Ketua MPR sulit dicapai jika Partai Golkar tidak merebut kursi terbanyak kedua di DPR pada Pileg 2019 ini," tegas Ketua Fraksi Partai Golkar di MPR, Zaenuddin Amali kepada wartawan, Kamis (3/10/2019).

Dalam memimpin MPR lima tahun ke depan, Bamsoet didampingi sembilan tokoh sebagai Wakil Ketua, yaitu Ahmad Basarah (PDI Perjuangan), Ahmad Muzani (Gerindra), Lestari Moerdijat (NasDem), Sjarifuddin Hasan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), Zulkifli Hasan (PAN), Arsul Sani (PPP), dan Fadel Muhammad (Kelompok DPD).

Berhitung Kekuatan dan Aroma Kemenangan

Berhitung kekuatan dan aroma kemenangan sebenarnya sudah tercium sejak tadi siang, Kamis (3/10/2019). Karena dalam pemilihan Ketua MPR RI, dua kandidat sudah mengemuka, yakni Bambang Soesatyo atau karib disapa Bamsoet dari Partai Golkar dan Ahmad Muzani dari Partai Gerindra. Dan partai urutan dua besar nasional memang harusnya mengisi bursa MPR-1. Lalu kenapa ada Ahmad Muzani?

BACA JUGA: Akhirnya Bamsoet Resmi Ketua MPR RI Secara Aklamasi

Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad berpendapat, wakil partainya harus duduk sebagai Ketua MPR. Ini mengingat Ketua DPR sudah dipegang oleh partai pemenang Pemilu 2019, dalam hal ini PDI Perjuangan, yang otomatis pengusung pemenang Pilpres 2019, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dan Golkar adalah bagian dari koalisi pemenang Pilpres 2019.

"Demi menghindari situasi the winner takes it all, yang layak mendapatkan kursi Ketua MPR adalah Gerindra. Saat ini Presiden terpilih dan Ketua DPR terpillih berasal dari kubu politik yang sama. Wajar jika Gerindra mendapatkan kursi Ketua MPR. Itu sebagai langkah konkret dimulainya rekonsiliasi politik," sebut Dasco.

Bamsoet merupakan Ketua DPR periode 2014-2019 yang dicalonkan oleh Partai Golkar untuk menjabat Ketua MPR 2019-2024. Saat ini Partai Golkar terus gencar melakukan lobi-lobi untuk memuluskan jalan Bamsoet.

Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto sebelumnya sudah memutuskan melalui rapat, bahwa Zainudin Amali duduk sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di MPR RI dan Bambang Soesatyo ditugaskan sebagai Ketua MPR RI dari Partai Golkar. Dan ini sepertinya sudah tidak bisa dilobi lagi oleh siapapun, dengan pertimbangan apapun.

Jika mengacu pada perolehan kursi di parlemen, kedudukan Bamsoet sudah dipastikan sangat kuat. Hingga tadi pagi, Bamsoet telah mendapat dukungan dari PDI Perjuangan, Partai NasDem, PAN dan PPP, termasuk Partai Golkar. Untuk angka, PDI Perjuangan 128 kursi, Golkar 85 kursi, NasDem 59 kursi, PAN 44 kursi dan PPP 19 kursi. Dengan demikian, total suara Bamsoet mencapai 335 atau sudah di atas 300 suara di parlemen. Tapi apakah sekuat itu posisi Bamsoet?

Saat pemilihan nanti, total anggota MPR sendiri mencapai 711 orang, yang terdiri dari 575 anggota DPR dan 136 anggota DPD. Dengan dukungan 335 suara dan total suara MPR 711 orang, artinya masih ada 376 suara, yang bukan tidak mungkin akan menjadi milik Ahmad Muzani, karena Gerindra juga hingga saat ini terus melancarkan lobi-lobi hingga ke DPD. 

BACA JUGA: Terpilih Jadi Ketua MPR, Bamsoet Dihadiahi "Pantun KPK"

Anggaplah berimbang antara Bamsoet 335 suara dan Ahmad Muzani 335 suara, artinya ada selisih 41 suara dari total anggota MPR (711 orang). Dan selisih suara itulah yang sebenarnya harus direbut baik oleh Bamsoet maupun Ahmad Muzani untuk memastikan kursi panas MPR-1. 

Untuk memuluskan Bamsoet, lobi Golkar dipastikan bakal intens hingga malam nanti sebelum pemilihan Ketua MPR. Mengapa dua kubu tetap perlu proses lobi? Karena seandainya proses musyawarah mufakat untuk menentukan ketua MPR mandek, dalam Pasal 21 Tata Tertib MPR tentang tata cara pemilihan Ketua MPR, opsi pemungutan suara akan dijalankan jika yang tertuang dalam Pasal 19 ayat (7) tidak tercapai.

Dengan selisih 41 suara, jika Ahmad Muzani berhasil mendapatkannya, pupuslah harapan Bamsoet menjadi Ketua MPR RI, begitu pula sebaliknya. Dan jika Bamsoet gagal di MPR ini, tentunya tidak bakal pula menjadi Golkar-1. Mengapa demikian? Karena ditengarai, kursi MPR-1 merupakan janji Golkar kepada Bamsoet jika ia mau melepaskan hasrat 'merebut' kursi Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto.

Yang cukup menakutkan di sini, seperti yang sudah-sudah, jika Golkar sudah berkehendak, biasanya akan menjadi kenyataan. Dan sepertinya kekuatan 'magis' inilah yang akan dijalankan dalam mendorong Bamsoet ke pucuk tertinggi MPR RI. Oleh karena itu, baik Bamsoet maupun Muzani harus pandai berhitung, cermat berlogika, dan tentunya didukung proses lobi dari koalisi guna menghindari bahaya yang mengintip di tikungan.

Nah, dengan kemenangan Bamsoet malam ini terpilih secara aklamasi sebagai Ketua MPR RI periode 2019-2024, artinya ... apa yang kerap diucapkan Ali Mochtar Ngabalin benar juga, karena 'masuk dan selesai itu barang, bukan?'