info-publik

Sheila Rooswitha Putri, Mengubah Dunia Jadi Lebih Baik Lewat Komik

Oleh: Editor: Heri Firmansyah 10 May 2020 - 11:43 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Komikus Sheila Rooswitha Putri dikenal luas sebagai ilustrator dan komikus yang memiliki gaya bercerita sederhana. Itulah sebabnya ia sekarang terlibat dalam gerakan penanggulangan atau mitigasi dampak perubahan iklim di Indonesia. Lewat visual yang menarik dan sederhana, pesan akan lebih mudah sampai kepada audience. Begitu kata Sheila saat ditemui RRI di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2019).

Berikut hasil wawancara dengan Sheila mengenai kegiatannya bersama para aktivis gerakan climate change di Indonesia:

Kenapa komikus sampai tertarik ikut gerakan mitigasi dampak perubahan iklim?

Genre saya social culture jadi lebih banyak bercerita soal kehidupan, family, urban life. Dan saya sejak dulu memang tertarik isu lingkungan hidup. Untuk climate change, saya memang sudah beberapa kali ikut kegiatan berjenis raise awareness about our environment, jadi saat diundang EO untuk proyek climate, kenapa enggak? 

Kamu sudah membuat komik untuk environment sejak 2012, dan berkarir di komik profesional sejak 2005, setelah sebelumnya jadi storyboard artist untuk film. Sudah berapa kali ke daerah?

Awalnya pernah diajak sebuah perusahaan ikan pergi ke Tual untuk survei karena kami akan membuat komik edukasi untuk nelayan bagaimana cara menangkap ikan yang baik dan benar. Wilayah Indonesia timur banyak rusak terumbu karangnya, jadi kami coba membuat edukasi visual dengan harapan pesan lebih cepat sampai dan lebih mudah dimengerti. 

Saat bersama aktivis turun ke daerah, apa kesulitan yang ditemui?

Kadang aktivis tidak down to earth dalam menyampaikan pesan. Jadi visual atau komik saya nantinya akan mempermudah target pembaca mengerti soal climate change. Aktivis itu kurang menyelami permasalahan yang sebenarnya, kasarnya kurang memahami kondisi dan kerangka berpikir masyarakat. Contohnya baru-baru ini di Rumah Susun (Rusun), dimana anak-anak masih buang sampah di lantai dan selokan, tapi mereka malah diberikan informasi mengenai negara di kutub utara, pencairan es, dan beruang kutub. Jadi perilaku membuang sampah sembarangan sebagai dampak perubahan iklim terganti dengan beruang kutub yang lucu, anak kecil jadi ke situ. Akhirnya saya coba menghantar kembali pesan melalui visual sederhana saja, mulai dari cerita komik jangan buang sampah sembarangan.

Sudah dikomunikasikan dengan rekan-rekan aktivis soal itu?

Sudah saya bicarakan. Intinya sih tidak ada masalah, tapi kami nantinya hanya saling mendukung saja. Soal kebijakan penyampaian itu ranah teman-teman aktivis, tapi bagi saya sebagai komikus, hanya coba menyederhanakan saja agar pesan yang diinginkan sampai dengan baik kepada audience.

Artinya lewat hal kecil dulu baru beranjak ke yang besar?

Iya betul, kalau saya sebagai komikus ya seperti itu.

Dari pengalaman berkunjung ke daerah terpencil, wilayah mana yang paling parah keadaannya dan menurut kamu dapat memberi dampak juga pada perubahan iklim?

Paling parah daerah saat saya berkunjung ke Tual. Karena komik saya memang tentang social culture, jadi sempat menargetkan bagaimana sih anak-anak perempuan di sana? Dan ternyata mereka rata-rata putus sekolah sejak SMP dan SMA. Lantas dicarikan pasangan untuk menikah di usia muda. Tapi yang sangat berhubungan dengan climate change itu saat ke Riau, tepatnya Kotalamo. Mereka di sana belum ada infrastruktur seperti toilet dan lain sebagainya. Warga tinggal di kampung, tengah hutan, sehingga untuk semua kegiatan sehari-hari harus ke sungai. Tapi kabarnya di bagian hulu akan dibuat tambang batubara. Artinya akan merusak sungai sekaligus merusak tatanan masyarakat di desa yang saya kunjungi itu.

Lalu kamu buat komik reportasenya?

Iya saya buat. Karena sungai itu sebenarnya sumber kehidupan vital masyarakat desa. Jadi apabila rusak sungainya, akan berdampak juga pada warga sekitar. Itu semua saya buat komik reportasenya dan ternyata mendapat perhatian sampai ke eropa, khususnya Belgia.

Apa target pribadi kamu sebagai komikus yang terjun ke isu lingkungan hidup?

Lebih untuk membangun raising awareness rekan-rekan sebaya dulu sebenarnya. Contohnya soal desa di Riau itu tadi, komiknya saya share ke teman-teman di kota agar mereka peduli.

Apakah ada yang peduli?

Jelas ada dong. Akhirnya teman-teman tertarik ke Riau, kemudian disusunlah rencana acara waktu itu bersama komunitas di Pekanbaru untuk sebuah pentas musik tentang lingkungan hidup. Jadinya lumayan terdengar, yang penting kan itu dulu, terdengar.

Untuk kegiatan Climate Change 2019 bersama Uni Eropa kabarnya kamu sudah terlibat rutin. Rencana ke depan seperti apa sih?

Saya tidak akan berhenti bikin komik soal isu lingkungan hidup. Materi itulah yang akan saya bawa karena sejalan dengan isu sekarang. Itu saja rencana saya.

Ada pesan buat rekan-rekan milenial soal isu perubahan iklim atau climate change ini?

Pesan buat teman-teman milenial, terutama di wilayah megapolitan Jakarta. Keluarlah sedikit, cobalah sedikit menengok ke pinggir. Tidak usah jauh-jauh, pergi saja ke Museum Bahari, karena di sana ada pabrik bekas VOC yang sekarang sudah turun tanahnya menjadi empang permanen dimana warga kerap memancing ikan sambil buang air juga di situ. Keluar dan minggir sejenak agar peduli dan memahami bahwa hidup itu bukan sekedar main gadget. (Foto: Miechell-RRI)