info-publik

Nilai Karya Sketsa Ditentukan Jam Terbang dan Kematangan Sketcher

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:42 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Para pembuat sketsa dari senior perorangan sampai mereka yang tergabung dalam komunitas profesional turut ambil bagian dalam Festival Sketsa Indonesia 'Sketsaforia Urban' yang berlangsung selama satu bulan penuh dari 12 September sampai 12 Oktober 2019 di Galeri Nasional, Jakarta Pusat.

Para pengunjung yang datang bukan para sketcher saja, akan tetapi juga para penikmat muda baik yang masih kuliah, karyawan, sampai pasangan suami isteri yang punya ketertarikan seni gambar khususnya sketsa.

Lingkan Delinda, seorang karyawan salah satu perusahaan advertising di Jakarta. Dirinya mengaku selain sebagai penikmat, juga punya ketertarikan menjadi pelaku seni sketsa. Tapi semua bagi Lingkan butuh proses belajar yang cukup panjang, sampai terbentuk jam terbang, semakin matang, pokoknya harus berani mempertunjukkan karya kepada publik jika memang sudah memiliki kemampuan dan ciri khas.

"Aku udah ngerti sketsa sebelumnya secara teori, karena memang diawali sebagai penikmat. Sedangkan untuk menjadi sketcher (pelaku seni sketsa), masih jauh, perlu belajar dan berlatih. Karena untuk mendegradasikan warna yang cocok saja aku masih bingung," sebut Lingkan saat bertemu RRI di Festival Sketsa Indonesia 'Sketsaforia Urban', Galeri Nasional Hall A, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10/2019) sore.

Dengan pekerjaannya sekarang, dirinya mengaku punya waktu untuk terus melatih kemampuannya membuat sketsa entah saat istirahat di kantor, atau di manapun ia berada. Yang terpenting peralatan semisal kertas gambar dan alat tulis sederhana tak lupa dibawa dalam tas kecilnya. 

Saat ditemui di booth sketcher Sheila Rooswitha Putri, ia sangat tertarik dengan karya-karya sketsa Sheila yang menurutnya sederhana tapi sudah bercerita tanpa harus ada narasi. Bagi Lingkan inilah daya tarik seni sketsa itu, karena tak perlu bernarasi, tapi dari apa yang digambar sudah mewakili sebuah cerita.

"Ada sih aku pernah lihat hasil sketsa yang lain, ada narasinya. Kurang seru aja, karena intinya menurut saya sketsa itu gambar yang bercerita. Tapi kalau dibarengi dengan karya komik, boleh ada percakapan dan sedikit narasi, kan itu komik. Tapi kalau murni sketsa saja, aku lebih suka yang murni, gambar yang bercerita. Itu saja," terang Delinda melanjutkan.

Sementara itu, booth sketcher Sheila Rooswitha Putri atau dikenal juga dengan nama media sosial sebagai SheilasPlayground menawarkan keunikan dimana ia memiliki kanvas besar dan akan memilih salah satu pengunjung untuk digambar langsung. Kebetulan Lingkan terpilih karena menggunakan hijab, dan di kanvas Sheila belum ada remaja muda berhijab. Alhasil, Delinda mulai berpose untuk digambar oleh Sheila.

Menurut Sheila, menggambar langsung para pengunjung itu sama saja dengan kegiatan sketcher pada umumnya yang akan duduk menggambar apapun obyek yang menarik. Semisal lewat di depan danau, tertarik, duduk dan gambar, begitu seterusnya. Dari situ, setiap karya langsung dishare lewat media sosial masing-masing sketcher. Begitu terus sampai akhirnya terbentuk dengan sendirinya, ikut pameran, mengadakan pameran tunggal, membangun komunitas, dan lain sebagainya.

"Itu masuk dalam jam terbang seorang sketcher. Berapa tahun dia sudah menggeluti dunia sketsa, dari awal hanya dinikmati seorang diri, kemudian dishare ke dunia maya, lantas pameran, masuk atau membentuk komunitas, merambah semua konsep materi dunia nyata ke dalam sketsa, dan lain sebagainya. Itulah jam terbang seorang sketcher, dari awal hingga pada titik mana sketcher itu berada sekarang," ungkap Sheila.

Sedangkan mengenai degradasi warna, itu memang sangat penting untuk dikuasai. Dari sudah menguasai dasar degradasi gambar mulai kasar sampai halus, meningkat pada penggunaan warna yang sesuai, lantas perlahan memilih jenis tinta yang benar-benar cocok.

"Kalau saya biasa pakai Indian ink, gak pernah dicampur yang lain, karena menurut saya hasilnya kurang sesuai harapan nantinya. Nah, itulah saya. Bagaimana yang lain 'kan pasti berbeda tentunya," imbuhnya.