sorotan-kampus

El Amry: Pendidikan Tinggi Tidak Bisa 100 Persen Dijalankan Secara Online

Oleh: Heri Firmansyah Editor: Heri Firmansyah 10 May 2020 - 11:42 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Rektor Universitas Nasional (UNAS) Dr El Amry Bermawi Putera, MA menilai pendidikan tinggi tidak bisa dijalankan 100 persen secara online, karena secanggih apapun teknologi yang dimiliki, ada aspek pedagogik yang membutuhkan tatap muka antara mahasiswa dengan dosennya.

Penilaian tersebut dikemukakan El Amry kepada wartawan di sela-sela Perayaan dan Pameran 70 Tahun Universitas Nasional di Kampus Pejaten, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2019), terkait akan beroperasinya Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) yang diinisiasi UNAS melalui Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK). 

"Gak mungkinlah pendidikan dijalankan seratus persen secara online. Pendidikan karakter dan akhlak misalnya, tidak bisa dilakukan secara online. Kemudian, ada bidang-bidang ilmu yang membutuhkan praktikum secara langsung. Jadi, kata kuncinya harus ada kolaborasi," kata El Amry. 

Menurut dia, paling tidak dalam setiap semester minimal ada dua kali pertemuan tatap muka antara mahasiswa dengan dosen. 

Karena itulah, pihaknya terus menjajaki kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi hub bagi calon-calon mahasiswa Universitas Siber Asia. 

"Sebab tidak efektif jika mahasiswa dari Ambon atau Papua datang ke Jakarta untuk melakukan tatap muka. Jadi untuk Indonesia Timur misalnya, kita akan bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Makassar. Dosen-dosennya yang kita datangkan ke sana," papar El Amry. 

Sebelumnya, Rektor Universitas Siber Asia Prof Jang Youn Cho mengatakan, dengan berdirinya Asia Cyber University maka terbuka peluang bagi Indonesia untuk "mengekspor" pendidikan tinggi ke negara-negara Asia. 

"Bahkan menurut Prof Cho, kita bisa ambil mahasiswa cyber dari Korea karena cost effective maupun kualitas ilmunya sama dengan di Indonesia. Bedanya di Korea mereka bayar 1.000 dollar, di Indonesia cukup 200 dollar," imbuh El Amry. 

Mengingat Universitas Siber Asia ini merupakan pilot project di Indonesia, ia berharap pemerintah dalam hal ini Kemenristekdikti, membentuk tim khusus untuk meng-assesment operasional perguruan tinggi online ini. 

"Masalahnya kita belum punya benchmarking perguruan tinggi siber di dalam negeri. Sehingga tidak ada salahnya kalau kita berkiblat ke Korea yang sudah 17 tahun berpengalaman dan memiliki 21 universitas siber," pungkas El Amry.