internasional

Indonesia Berbagi Pengalaman Menjaga Semangat Pluralisme kepada Warga Lebanon

Oleh: Retno Mandasari Editor: Afrizal Aziz 10 May 2020 - 11:42 kbrn-pusat
KBRN, Beirut : Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut, Lebanon, berbagi pengalaman terkait menjaga semangat pluralisme di Tanah Air, kepada warga Lebanon. Dengan keberagaman kelompok, etnis, agama dan kebudayaan, Indonesia menjadi salah satu dari deretan bangsa-bangsa yang paling plural di dunia. Keberagaman tersebut dikemas dalam sebuah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya adalah satu kesatuan.

Dalam rilis yang diterima redaksi RRI, Kamis (17/10/2019), disebutkan KBRI Beirut bekerjasama dengan Lebanese University (LU) menggelar seminar bertema 'Menjaga Semangat Pluralisme : Pengalaman Indonesia dan Lebanon', di Auditorium Fakultas Kesenian, Lebanese University, Selasa (15/10/2019). Seminar menghadirkan tokoh dan cendekiawan terkenal Indonesia yaitu Prof. Dr. Din Syamsuddin dan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno. Sedangkan dari Lebanon, hadir sebagai pembicara Dosen Fakultas Sastra Lebanese University, Dr. Marwan Abi Fadil. 

Seminar yang dihadiri ratusan peserta ini, juga mendapat perhatian dari tokoh-tokoh agama, cendekiawan, pengamat islam maupun kristen, kalangan akademisi, peneliti dan mahasiswa, serta perwakilan dari Kedutaan asing yang berada di Lebanon.

Dubes RI Beirut, Hajriyanto Y. Thohari menyampaikan bahwa dengan keberagaman kelompok, etnis, agama dan kebudayaan, Indonesia menjadi salah satu dari deretan bangsa-bangsa yang paling plural di dunia. Keberagaman tersebut dikemas dalam sebuah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya adalah satu kesatuan.

“Keberagaman ini tidak hanya menuntut masyarakat Indonesia yang beragama untuk dapat mengakui dan menghormati kemajemukan tersebut, tetapi juga harus ikut terlibat dalam upaya memahami perbedaan dan serta mencari persamaan guna tercapainya kerukunan dalam bingkai kebhinekaan”  Jelas Dubes RI. 

Hajriyanto melanjutkan Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia, sangat memberikan ruang bagi pemeluknya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Ajaran Islam yang memerintahkan pemeluknya untuk menjamin hak-hak asasi manusia tanpa memandang agama, suku dan ras ataupun golongan, telah menjadi sebuah inspirasi bagi kehidupan yang harmonis dan damai dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila.

Prof. Magnis Suseno dalam paparannya menyampaikan bahwa agama, semua agama, harus menjadi rahmat bagi kita semua, rahmatan lil alamin. Agama harus membuktikan bahwa mereka adalah rahmat dan bukan kutukan. Jadi kita harus menjalankan agama kita sebagai berkah untuk semua orang. Agama harus dialami sebagai kekuatan untuk kebaikan, sebagai sumber pengampunan. Agama harus membuat kita saling menghormati. Kita harus bisa merasakan apa yang kita akui, bahwa dengan agama dunia kita adalah tempat yang lebih baik daripada tanpa agama. Agama seharusnya tidak pernah menanamkan rasa takut. 

“Teror atas nama agama adalah pengkhianatan agama tersebut. Agama yang mengancam dan menanamkan rasa takut adalah palsu, bahkan suatu kekejian di hadapan Tuhan. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa agama adalah rahmat” Ujar Romo Suseno dalam.

Sementara itu, Prof. Din Syamsuddin mengatakan bahwa Peran agama di Indonesia tidak hanya dalam memperkuat demokrasi, tetapi juga dalam aksi kemanusiaan. Ada pelajaran yang dipetik dari Indonesia. Dalam lima belas tahun terakhir, kami telah menghadapi serangkaian bencana alam dan ribuan orang kehilangan nyawanya. Berdasarkan alasan kemanusiaan, orang-orang dari agama yang berbeda bekerja untuk bantuan dan rekonstruksi. Sebagai pengalaman Muhammadiyah, organisasi Muslim tertua dan terbesar di Indonesia, misalnya, berdasarkan kesamaan dan berbagi tanggung jawab, ia telah mengembangkan kemitraan dan kerja sama dengan organisasi keagamaan lainnya. 

“Lima belas tahun yang lalu, ia membentuk Forum Kemanusiaan Indonesia sebagai perwujudan tanggung jawab kolektif yang terdiri dari organisasi kemanusiaan dari berbagai agama” Ujar Prof Din Syamsuddin. 

Pokok pembicaraan tokoh-tokoh Indonesia tersebut didukung oleh pernyataan Dr. Marwan Abi Fadel seorang Dosen Senior di Lebanese University, Lebanon mengenai pluralisme dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Lebanon. 

Rektor Lebanese University, Prof. Fouad Ayoub juga menyambut dengan antusias kegiatan seminar ini. Menurutnya kegiatan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa pada khusunya dan masyarakat Lebanon pada umumnya.

Salah seorang perserta menyampaikan aspirasinya mengenai plurarisme. Dia menyoroti bahwa orang Lebanon juga dapat menjadi contoh dalam praktek plurarisme, begitu juga sebaliknya. 

Pelaksana Fungsi Pensosbud, Basyiruddin A. Hidayat menyatakan bahwa kegiatan seperti ini akan terus dilakukan guna memberikan pengetahuan tentang Indonesia kepada masyarakat lebanon. Harapan besar kami agar kegiatan ini menjalin hubungan kerjasama yang lebih baik antara KBRI Beirut dengan Lebanese University yang terus memupuk kerjasama RI dengan Lebanon di masa mendatang.

Diakhir acara KBRI Beirut menyuguhkan makanan khas Indonesia berupa Risoles dan Onde-onde yang mendapatkan sambutan antusias dari para peserta seminar. Makanan Indoensia tersebut cukup favorit dikalangan orang Lebanon, karena habis dalam waktu singkat.