peristiwa

Hindari Kecanduan Gawai, Kak Seto Ajak Presiden Kampanyekan Permainan Tradisional

Oleh: Bunaiya Fauzi Arubone Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:42 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Anak-anak kecanduan gawai alias gadget karena adanya contoh yang dilihat mereka dari orang-orang di sekitar. Untuk itu orang tua, termasuk presiden harus memberikan contoh dengan mengkampanyekan permainan tradisional.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi menegaskan, anak-anak merupakan sosok peniru terbaik di dunia ini. Makanya, kegiatan apapun yang mereka lihat dari orang-orang terdekat akan langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Memang anak-anak kan peniru yang terbaik di dunia. Kalau lingkungannya juga bermain gadget, ayah dan bundanya bermain gadget juga kakak-kakak dan sebagainya, ya jangan salahkan anak juga kemudian bermain dan menikmati gadget dan semakin kecanduan," tegasnya saat berbincang dengan Radio Republik Indonesia, Kamis (17/10/2019).

Maka dari itu, menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, orang tua haruslah lebih kreatif. Misalkan dengan mengajarkan anak untuk melakukan kegiatan lain yang tak kalah menyenangkan dengan gadget. Bukan hanya orang tua, menurut dia, anak-anak kecanduan juga merupakan tanggung jawab dari aparat pemerintah, termasuk Presiden.

"Maka kami sejak setahun yang lalu kan sudah mulai mengkampanyekan dari mulai kami mohon Bapak Presiden, para menteri, kemudian gubernur, sudah NTB dan Jawa Barat, kami mohon bermain kembali bersama anak-anak permainan yang tidak kalah asyiknya dengan gadget, yaitu permainan tradisional di alam bebas. Ada galasing, engklek, egrang, kuda lumping, loncat tali dan lain sebagainya," ujarnya.

Kegiatan semacam itu ditekankannya bisa menggeser kebiasaan anak yang tadinya hanya tergantung dengan gadget. Meski demikian, diakuinya orang tua tidak bisa serta merta menggeser kecanduan gadget, maka dari itu, penggunaan gadget pada anak harus dibatasi. Pembatasan itupun harus dilandasi dengan asas persahabatan anak agar sang anak tidak merasa terpaksa.

"Harus tetap dengan penuh persahabatan sehingga bisa diambil manfaat dari gadget tadi. Misalnya sekedar untuk menambah informasi dan memperkaya kreativitas. Tapi dengan batasan waktu yang bisa dibicarakan bersama. Jadi misalnya tiap hari tidak boleh lebih dari satu jam secara total. Selebihnya entah berdiskusi, belajar bersama, bercerita, mendongeng, atau sambil menjalankan ibadah. Sehingga kegiatan ini ada keseimbangan untuk anak-anak," pungkasnya. (Foto: Antara/ Raisan Al Farisi)