info-publik

Menelusuri Filosofi Bambu di Tanah Pasundan

Oleh: Ayu Citra Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:41 kbrn-pusat
KBRN, Bandung : Perjalanan berkunjung ke Ekowanawisata Dusun Bambu, yang berada di Jalan Kolonel Masturi KM 11 Cisarua, Bandung Barat, menawarkan sebuah sudut pandang eksotika lain dari negeri Tanah Pasundan Bandung, Provinsi Jawa Barat.

"Tak banyak orang memahami seperti apa bambu dan filosofinya," kata Pembicara Diskusi Budidaya Bambu, di Dusun Bambu, Wawan Dandawan Margadipradja, BA, M.Ed, Minggu (3/11/2019).

Pria yang akrab disapa Abah Wawan menceritakan, perjalanan mendirikan Dusun Bambu, dilatarbelakangi keprihatinan terhadap sebuah lahan di Bandung Barat, yang tak diperhatikan oleh petani setelah panen.

Dia menyebutkan, sekitar tahun 2008, beberapa pengusaha memiliki ide kreatif dan inovatif guna mengembalikan lahan yang memprihatinkan tersebut untuk diperbaiki.

"Dari ide para pengusaha ini, salah satunya dengan menjadikan lahan konservasi bambu. Apalagi di area ini merupakan endemis dari berbagai jenis pohon bambu yang tumbuh subur dan cocok sebagai objek wisata menarik nan alami," katanya.

Sementara, tambah dia, terkait pesan yang bisa diambil dari keberadaan bambu, yakni karakter pohonnya yang memiliki akar kuat, hingga batang pohon nan kokoh. Namun, ketika sebatang bambu dibelah, masyarakat bisa melihat bahwa di balik kekuatan tersebut, jenis tanaman ini tidak mempunyai isi apa pun di dalam batangnya, yang seharusnya dilindungi.

"Bambu itu sendiri, juga bisa diibaratkan kekosongan yang bermakna. Lihat saja, kawasan yang ditumbuhi pepohonan bambu, cenderung terlindung dari tanah longsor maupun banjir, karena akarnya yang kuat dan mampu menyerap air, sehinga sangat cocok jika bambu ini dipilih sebagai tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat, termasuk warga Kediri," katanya.

Manfaat lain dari bambu, imbuh Wawan, dalam satu bilah bambu, dapat bernilai ekonomis tinggi dengan menjadikannya instrumen musik tradisional. Selain dibentuk sebagai angklung atau seruling, bambu juga bisa dijadikan Karinding, yaitu alat musik sederhana yang ketika ditiup, dapat menghasilkan suara apik nan merdu. Bahkan, sangat sesuai tatkala disandingkan untuk mengiringi aksi panggung penyanyi bergenre jazz, dan bisa sebagai musik pengiring saat melakoni olahraga Yoga.

"Nilai ekonomis dari sebilah bambu sangat besar, dan jika dimanfaatkan dengan baik, maka bisa mensejahterakan masyarakat. Umumnya banyak orang memandang sebelah mata terhadap bambu, tapi justru orang di luar negeri yang sudah mengenal alat musik dari bambu, seperti orang Jepang, maka dia berani bayar mahal demi memiliki jenis instrumen ini. Bayangkan saja, alat musik kecil ini, sempat ditawar hingga jutaan rupiah," katanya.

Namun, Wawan berpesan, meski siapa pun boleh tanam bambu, yang harus diingat adalah kapan mulai tanam, hingga waktu yang tepat untuk penebangan tanaman. Hal ini karena, jika dilakukan pada periode yang salah, maka diyakini berakibat kurang baik pada masa mendatang. Contoh, waktu ideal penebangan bambu, ada baiknya dilakukan pada musim kemarau, antara April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus.

Jika penebangan bambu, dilaksanakan di luar bulan itu, maka dipercaya akan muncul bencana tanah longsor atau banjir. Hal ini akibat kemampuan akar bambu yang sudah ditebang, tidak maksimal lagi untuk menyerap air dari sumbernya, sehingga tanah di sekitar tanaman itu cenderung mudah longsor.

Di tempat sama, Kepala Bidang Humas PT Gudang Garam Tbk, Iwhan Tri Cahyono, menyatakan agenda kunjungan ke Dusun Bambu yang digelar pada hari ketiga (2/11/2019) rangkaian Media Gathering 2019, bertujuan untuk menyaksikan secara langsung pengelolaan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan yang memberi nilai ekonomi masyarakat.

"Dusun Bambu, memiliki ketinggian 1.500 mdpl dan menyajikan pemandangan menarik dengan udara dingin nan sejuk ala pegunungan. Lokasi ini, pada tahun 2008 mulai dilirik sejumlah pengusaha sebagai kawasan Ekowanawisata atau lahan konservasi bambu," kata Iwhan.

Secara umum, proses pengembalian lahan seluas 15 hektare ini, agar kembali menjadi hijau, memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Lantaran, diperlukan sedikitnya 100.000 bibit tanaman bambu guna menciptakan surga alam yang bisa dinikmati semua orang.

Lebih lanjut, usaha penghijauan Dusun Bambu, membutuhkan waktu lama, dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Setelah vegetasi alam Dusun Bambu mulai pulih, dibangunlah beberapa bangunan dengan konsep hijau.

Di lain pihak, dari kalangan arsitektur juga harus berpikir keras, guna membangun sebuah bangunan yang dapat menyatu dengan alam, dan tetap memiliki nilai estetika tinggi.

Alhasil, pada 16 Januari 2014, Dusun Bambu mampu bermetamorfosa menjadi ekowanawisata pertama di Jawa Barat dengan misi 6-E, antara lain Edukasi, Ekonomi, Etnologi, Etika, Estetika dan Entertainment.

Dari upaya inilah, sampai sekarang jumlah pengunjung yang datang ke Dusun Bambu, kian meningkat. Apalagi, menjelang akhir tahun jumlah wisatawan bisa mencapai hingga 15.000 orang per hari. Sementara, harga tiket masuk ke kawasan wisata itu ditawarkan dengan sangat terjangkau, senilai Rp30.000 per orang dan besaran belanja wisatawan diperkirakan Rp150.000 per orang.