info-publik

Ruhana Kuddus, Perjuangan Seorang Jurnalis untuk Kaum Perempuan

Oleh: Editor: Syarif Hasan Salampessy 10 May 2020 - 11:40 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Ruhana Kuddus resmi menerima gelar sebagai Pahlawan Nasional dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2019).

Penganugerahan gelar tersebut diterima langsung oleh ahli waris di Istana Merdeka. Lalu siapakah sebenarnya Ruhana Kuddus?

Penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Ruhana Kuddus merupakan penghargaan tertinggi bagi dunia jurnalistik dan kaum perempuan sekaligus. Mengapa demikian? Karena Ruhana Kuddus, kelahiran Sumatera Barat 20 Desember 1884, merupakan sosok jurnalis perempuan pertama Indonesia. 

Karir jurnalistik Ruhana berawal dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Ketika Poetri Hindia dibredel Pemerintah Hindia Belanda, Ruhana mendirikan Surat Kabar Sunting Melayu pada 1911 (surat kabar perempuan di Batavia). Di sini perkembangan karirnya untuk dunia jurnalistik dan perjuangan perempuan mulai mengemuka. Ruhana Kuddud menjadi Pemimpin Redaksi Koran Perempuan pertama di Indonesia.

Bagi yang belum tahu, darah perjuangan mengalir deras dalam tubuh Ruhana. Dia adalah sepupu kandung pahlawan nasional KH Agus Salim. Kemudian, Ruhana juga masih punya hubungan kekerabatan dengan Sutan Syahrir. Terakhir, dia adalah bibi dari penyair kondang Indonesia, Chairil Anwar.

Semasa hidupnya, Ruhana terus memperjuangkan nasib perempuan melalui tulisan-tulisan dan gerakan sosial kemasyarakatan berupa pemberdayaan. Dia mendirikan sekaligus menjadi ketua dari organisasi perempuan bernama Perkumpulan Karadjinan (PK) Amai Satia. 

PK Amai membangkitkan semangat pemberdayaan perempuan Minangkabau. PK Amai berusaha membekali kaum perempuan Minang dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan agar mandiri. 

Lewat sepak terjang jurnalistik serta organisasi perempuan PK Amai bentukannya, Ruhana Kuddus menerima penghargaan seperti Bronzen Ster (1941) dan Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto (1987), serta Penghargaan Kebudayaan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2007).

Ruhana Kuddus meninggal dunia pada 17 Agustus 1972, bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI. (Foto: radarpena)