info-publik

Alexander Andries Maramis, Ketika Pemuda Mengabdi untuk Negara

Oleh: Editor: Syarif Hasan Salampessy 10 May 2020 - 11:40 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Alexander Andries (AA) Maramis resmi menerima gelar sebagai Pahlawan Nasional dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2019).

Penganugerahan gelar tersebut diterima langsung oleh ahli waris di Istana Merdeka. Lalu siapakah sebenarnya AA Maramis?

AA Maramis, pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 20 Juni 1897, merupakan tokoh penting dalam perencanaan kemerdekaan Indonesia. Putra pasangan Andries Alexander Maramis dan Charlotte Ticoalu tersebut mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) kota Manado. Setelah itu, dia melanjutkannya dengan masuk sekolah menengah (Hogere burgerschool, HBS) di Batavia (sekarang Jakarta).

Pada 1919, Maramis berangkat ke Negeri Belanda menempuh pendidikan hukum di Universitas Leiden. Selama di sana, Maramis muda terlibat aktif dalam organisasi mahasiswa Perhimpunan Indonesia.

Pada tahun 1924, Maramis lulus dari Universitas Leiden dan menyandang gelar Meester in de Rechten (Mister atau Mr), kemudian memutuskan langsung kembali ke Indonesia dan membuka praktik hukum di Batavia dan Palembang.

Karir dan Pengabdian AA Maramis

Pada 1 Maret 1945, terbentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dengan AA Maramis duduk sebagai salah satu anggotanya dari kalangan pemuda.

Maramis masuk dalam Panitia Sembilan yang ditugaskan untuk merumuskan dasar negara yang berdasarkan nilai utama dan prinsip ideologi Pancasila. Rumusan tersebut kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 

Pada 22 Juni 1945, Piagam Jakarta resmi ditandatangani, dengan AA Maramis sebagai salah satu penandatangan, bersama delapan orang lainnya dari Panitia Sembilan.

Pada 11 Juli 1945, terbentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang ditugaskan untuk membuat perubahan tertentu sebelum disetujui oleh anggota BPUPKI. AA Maramis kembali duduk sebagai anggota di dalamnya.

Karir pengabdiannya sebagai cendekiawan muda terus berlanjut. Pada 26 September 1945, Maramis diangkat sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Indonesia pertama. Dia menggantikan posisi Samsi Sastrawidagda yang mengundurkan diri karena alasan gangguan kesehatan, setelah dua pekan memegang jabatan tersebut.

Duduk sebagai Menteri Keuangan RI, Alexander Andries Maramis memegang peran vital dalam percetakan uang kertas pertama milik pemerintah Indonesia, yang disebut Oeang Republik Indonesia (ORI).

AA Maramis menjadi Menteri Keuangan RI untuk beberapa kabinet selanjutnya, yakni Kabinet Amir Sjarifudin I (3 Juli 1947), Kabinet Amir Sjarifudin II (12 November 1947) dan Kabinet Hatta I (29 Januari 1948).

Saat Agresi Militer Belanda II, Desember 1948, Sjafrudin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat dan Kabinet Darurat, dimana dalam kabinet darurat itu, Maramis ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri hingga 13 Juli 1949. Setelah itu, ia kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Hatta II hingga 4 Agustus 1949. 

Karena jasa dan peran besarnya selama menjabat sebagai Menteri Keuangan RI, nama AA Maramis diabadikan menjadi nama Gedung Induk Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Penghujung Karir AA Maramis

Setelah lama malang melintang di bidang keuangan dan ekonomi negara, sepanjang 1950 hingga 1960, Maramis ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia. Dalam kurun 10 tahun, Maramis pernah menjabat Duta Besar Republik Indonesia berkuasa penuh di Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan terakhir untuk Finlandia.

Pada 15 Februari 1961, Maramis dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra Utama. Kemudian pada 5 Oktober 1963, dirinya kembali mendapat penghargaan lainnya, yaitu Bintang Gerilya.

Bersama isterinya, Elizabeth Marie Diena Veldhoedt, Maramis tidak dikaruniai keturunan. Akan tetapi, Elizabeth Veldhoedt memiliki anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya.

Pada Mei 1977, Maramis jatuh sakit dan mengalami pendarahan hebat. Dirinya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Pada 31 Juli 1977, Alexander Andries Maramis meninggal dengan tenang di RSPAD Gatot Subroto dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Perjalanan hidup dan karir Alexander Andries Maramis menunjukkan, ketika seorang pemuda mengabdi untuk bangsa dan negaranya, dia akan menembus batas pengabdian yang tak dapat dibayangkan siapapun sebelumnya, termasuk dirinya sendiri. Atas jasa dan pengabdiannya terhadap bangsa dan negara hingga akhir hayat, Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto menganugerahi AA Maramis dengan penghargaan Bintang Republik Indonesia Pertama Anumerta pada 12 Agustus 1992. (Foto: Tribunnews)