internasional

ASEAN: Peran Perempuan Penting dalam Jaga Perdamaian

Oleh: Retno Mandasari Editor: Heri Firmansyah 10 May 2020 - 11:40 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Menjaga perdamaian dan keamanan baik kawasan maupun global, memerlukan adanya peran besar dari setiap elemen masyarakat. Tidak terkecuali kaum perempuan didalamnya. Hal itu pula yang menjadi fokus dalam dialog antarkepercayaan para perempuan ASEAN, yang diselenggarakan oleh Institut ASEAN untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi, Australian Aid, dan The Asia Foundation, 12 - 13 November 2019 di Jakarta. 

Sekretaris Jenderal ASEAN, Dato Lim Jock Hoi,  mengatakan, peran penting perempuan dalam dialog antar kepercayaan bagi dalam mengadopsi kesepahaman antar agama dan antar budaya telah diakui dan menjadi suatu keharusan.

"Kepentingan dalam dialog antar kepercayaan bagi seluruh aktor didalamnya terutama perempuan dalam mengadopsi kesepahaman antar agama dan antar budaya diakui dan harus menjadi sesuatu yang penting dalam suatu dialog seperti dialog kali ini," tegas Dato Lim Jock Hoi ketika memberikan sambutan dalam pembukaan dialog antar kepercayaan, Selasa (12/11/2019), Jakarta.

Menurut Lim Jock Hoi, peran perempuan didalam proses maupun menjaga perdamaian dan keamanan saat ini mengalami peningkatan, yang mengacu pula pada peran perempuan antar kepercayaan dalam perdamaian merupakan unsur vital.

"Saya ingin mempertajam bahwa contoh maupun peran dari kaum perempuan sebagai promotor perdamaian dan kerjasama antar kepercayaan mengalami peningkatan. Ini adalah bukti bahwa peran perempuan itu adalah bersemangat dalam perdamaian, inklusifitas dan tenang didalam masyarakat. Dengan mengacu pada hal itu pula bahwa peran wanita antar kepercayaan adalah suatu yang vital," paparnya.

Ketua Konferensi Indonesia dalam Beragama dan Perdamaian, Siti Musdah Mulia, menyatakan, dialog antar kepercayaan perlu dimulai dari lingkungan keluarga, dimana perdamaian itu erat kaitannya dengan memupuk rasa toleransi dan penghormatan terhadap kepercayaan oranglain.

"Terkait interfaith dialogue itu bagaimana para orangtua mengajarkan oke kita beragama islam, karena kita yakin Islam itu adalah agama yang terbaik. Tapi kita juga ajarkan kepada anak kita, tapi kamu juga harus tahu ada agama diluar islam dan mereka memilih agama itu karena mereka yakin bahwa itu agamanya yang terbaik. Karena, itu kita harus saling menghargai," terang Siti Musdah Mulia.

Siti menjelaskan, rendahnya budaya literasi di kalangan kaum perempuan, juga diakui menjadi salah satu faktor penyebab mudahnya perempuan "percaya" bahkan cenderung mengikuti ajakan kaum pria untuk bertindak cenderung melukai oranglain mengatasnamakan agama.

"Untuk hijrah, untuk apa gitu, lalu percaya. Loh, itu semua omong kosong, itu jualan agama semata Terutama juga harus kita waspadai akhir-akhir ini soal bagiamana kapitalisme menggunakan agama. Kalau ktia belajar agama seperti saya dari pesantren dan besar di lingkungan agama, saya itu tidak percaya pada hal-hal seperti itu. Karena, nalar kritis itu penting. Itulah sebabnya literasi itu penting , bicara tentang literasi itu bukan soal membaca dan menulis, tetapi bagaimana kita membaca secara kritis dan ini yang tidak diajarkan sejak awal hilang dari kurikulum kita. Bagaimana pendidikan kritis itu harus dimulai sejak di rumahtangga," tegas Siti Musdah Mulia. 

Dalam kesempatan yang sama Staf Khusus Presiden RI urusan Agama, Siti Ruhaini Dzuhayatin, mengatakan setidaknya terdapat empat inisiatif sebagai upaya mengikutsertakan kaum perempuan dalam perdamaian dan keamanan.

"Keikutsertaan para perempuan dan perdamaian dan proses harus diarus utamakan dalam resolusi konflik, meningkatkan suara para perempuan dalam tradisi beragama melalui pertukaran pengalaman antar kepercayaan, mengklaim kompetensi keagamaan kaum perempuan serta mendorong edukasi pendidikan keagamaan yang berbasis pada gender-bersahabat," ujar Siti Ruhaini.

Dibagian lain Siti Ruhaini memaparkan terkait mendorong adanya edukasi pendidikan keagamaan yang berbasis gender-bersahabat, diklaim sebagai prioritas dalam kepemimpinan presiden Joko Widodo.

"Poin keempat ini juga adalah prioritas dari pemerintah dibawah administrasi pemerintahan presiden Joko Widodo. Dimana harus ada pengarus utamaan gender, moderasi agama, moderasi Islam di Indonesia untuk diimplementasikan sebagai arus utama dalam setiap level sistem edukasi. Jadi, inilah yang seharusnya kita letakkan dari suara para perempuan dalam partisipasi mereka dalam menjaga perdamaian dan keamanan," imbuh Siti Ruhaini.

Sementara, dialog antar kepercayaan para perempuan ASEAN pada tahun ini mengusung tema "Mendorong Kesepahaman untuk Masyarakat yang Inklusif dan Damai". Serta, menghadirkan pula sejumlah pembicara perempuan yang aktif dalam perdamaian dan keamanan. 

Sedangkan, dialog antar kepercayaan para perempuan ASEAN diikuti oleh sebagian besar perempuan 10 negara anggota ASEAN serta pada duta besar untuk ASEAN.