internasional

Selain Gencatan Senjata, “Solusi Dua Negara” Diperlukan untuk Hentikan Peperangan Palestina-Israel

Oleh: Retno Mandasari Editor: 10 May 2020 - 11:40 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Ledakan roket yang diluncurkan oleh Jihad Islam Palestina (PIJ), sebagai bentuk balasan atas kematian komandan tertinggi PIJ, Baha Abu al-Ata, Selasa (12/11/2019) dini hari, tidak henti-hentinya singgah di wilayah Israel. Baha Abu al-Ata tewas dalam serangan yang dikirim Israel ke tempat tinggalnya di wilayah Gaza.

Gencatan senjatapun dimulai oleh Palestina-Israel pada 14 November sekitar pukul 05.30 waktu setempat. Gencatan senjata yang dimulai oleh Palestina itu, dibawah pengawasan Mesir. Seperti yang dikatakan oleh juru bicara PIJ, Musab al-Berim, dalam sesi wawancara bersama Deutsche Welle.

Musab menjelaskan, gencatan senjata dilakukan sebagai upaya untuk menghentikan serangan Israel dan merupakan prosedur untuk menyudahi pemblokadean di jalur Gaza.

“Kami mengkonfirmasi bahwa gencatan senjata itu dilakukan dibawah pengawasan Mesir, itu dimulai sejak pukul 5 pagi. Kesepakatan juga meliputi kependudukan Israel untuk menghentikan pembunuhan ini, melindungi para demonstran, dan sebagai prosedur untuk menyudahi pemblokadean di Gaza,” tegas Musab.

Sementara, melansir CNN pembunuhan terhadap Baha Abu al-Ata, sebab menurut Israel ia bertanggungjawab atas serangan roket dari Gaza.

Dalam waktu 48 jam setidaknya sebanyak 400 roket, telah diluncurkan PIJ kearah Israel dan menyebabkan kerusakan maupun korban luka-luka di pihak Israel. Sedangkan, serangan Israel ke Palestina dilaporkan telah menyebabkan lebih dari 30 orang tewas.

Melansir Al-Jazeera, menteri pemerintah Israel, Yoav Galant, menyebut, kematian komandan tertinggi PIJ sebagai bentuk keberhasilan Israel meraih tujuannya yaitu melenyapkan teroris yang bertanggungjawab dalam aksi melawan Israel.

“Pemerintah Israel dengan idenya untuk meraih tujuannya dari misi ini, yaitu kami melenyapkan teroris yang sebelumnya bertanggungjawab aksi melawan Israel. Kami akan melakukan apapun sebagai upaya untuk menghindari aksi teroris,” ujar Galant.

Ketegangan di Gaza, turut menyita perhatian Indonesia yang merupakan salah satu negara sahabat Palestina. Wakil presiden RI, Ma’ruf Amin, mengatakan, Indonesia sepenuhnya mengutuk serangan Israel sehingga menyebabkan banyak korban berjatuhan. “Tentu kita mengutuk serangannya yang memakan korban,” kata Ma’ruf Amin kepada wartawan, Jumat (15/11/2019).

Meski demikian, menurut wapres, penting pula mencari solusi bagi penyelesaian konflik tak berkesudahan antara Palestina dan Israel melalui “Solusi Dua Negara”, yang merupakan resolusi PBB terhadap masalah tersebut. “Kalau itu mungkin bisa mengakhiri ya artinya tidak saling menafikkan. Karena, itukan negara Indonesia sudah mengakui adanya negara Palestina. Menurut saya resolusi PBB mengenai solusi dua negara itu menjadi solusi tepat,” tegasnya.

Perdamaian di tanah Palestina tentunya merupakan harapan banyak pihak, tak terkecuali Indonesia. Wapres Ma’ruf Amin menjelaskan, penyelesaian konflik justru perlu dimulai dari internal Palestina antara Hamas dan Fatah. “Kalau mereka tidak saling akur kedua kelompok ini, bagaimana bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Menyatukan diri, kemudian juga menyelesaikan. Olehkarena itu, kita mengharap tokoh-tokoh Palestina bisa ada rasa saling membutuhkan, saling menghormati untuk menyatukan gerakannya itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dan, Indonesia mendorong itu semua, dua-dua hal itu kita dorong,” terang Ma’ruf Amin.

Sementara, utusan perdamaian Timur Tengah PBB, Nickolay Mladenov dalam cuitannya yang dibuat setelah gencatan senjata dimulai, bahwa PBB dan Mesir telah bekerja keras untuk mencegah peningkatan aksi kekerasan berbahaya di sekitar Gaza menjadi peperangan. Mladenov juga berharap kedua pihak menahan diri dan berusaha mencegah jatuhnya korban. (Foto : Dok. Hidayatullah.com)