pemilu-2019

"Perang" Ideologi Jadi Penyebab Utama Tingginya Partisipasi Pemilu 2019

Oleh: Tongkulem Siregar Editor: Heri Firmansyah 10 May 2020 - 11:39 kbrn-pusat
KBRN, Pekanbaru : Tingginya partisipasi pemilih dalam Pemilu tahun 2019 di Provinsi Riau atua mengalami peningkatan sekitar 30 persen, faktor utamanya adalah terjadinya "perang ideologi" yang terjadi di masyarakat.

Hal itu merupakan hasil riset terkait Pemilu di Riau 2019 yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama Lembaga Kajian Sosial Politik Kontemporer (LKPSK). Hasil riset diseminasikan dalam sebuah pertemuan di aula kantor KPU Riau pada hari Kamis tanggal 21 November 2019 yang diikuti mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau.

Diseminasi dipimpin langsung oleh Ketua KPU Riau Ilham Muhammad Yasir, dan dihadiri Komisioner KPU Divisi sosialisai Nugroho Noto Susanto dan Komisioner Divisi Data Abdurrahman.

Menurut Nugroho Noto Susanto hasil yang dilakukan LKPSK tersebut ada dua arah, yaitu kenapa masyarakat datang ke TPS maupun sebalikny kenapa juga tidak mau datang ke TPS.

"Jadi ini hasil penelitian partisipasi pemilih pada pemilu 2019 di Riau, kerjasama dengan dosen di Universitas Riau. Kegiatan ni diperintah KPU RI, di antaranya disemenisasi hasil penelitian," ujar Nugroho Noto Susanto, Jumat (22/11/2019).

Memang diakui Nugroho tidak semua KPU di daerah menggelar penelitian sebagai bahan evaluasi Pemilu berikutnya. Di pulau Sumatera hanya ada tiga provinsi yakni Riau, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Selatan (Sumsel).

"Tidak semua ditunjuk KPU RI di Sumatera ada tiga Riau Sumut dan Sumsel. Riset ini lebih dalam membuat faktor apa saja menyebabkan pemilih hadir di TPS dan yang tidak hadir," ujar Nugroho.

Penelitian itu melakukan wawancara langsung dengan masyarakat. Hasil penelitian diserahkan ke KPU RI dan akan dianalisis kembali dari rekomendasi peneliti.

Dari hasil riset tersebut jika pertanyaan apa saja faktor datang ke TPS ada empat jawaban yakni gaung politik membuat pemilih tertarik ada dimensi ideologi dan pembelahan massa.

Faktor media massa dimana faktor pemberitaan mendorong orang untuk ikut mencoblos dan terakhir faktor penyelenggara melakukan sosialisasi.

"Sedangkan faktor penyebab malas ke TPS karena kejenuhan dalam pemilihan. Karena 2017 Pilkada 2018, masyarakat jenuh karena masih kondisinya seperti itu," ujar Nugroho.

Namun demikian untuk partisipasi pemilih di Riau sendiri naik tajam dari Pilkada 2018 yang jumlah hanya 55 persen naik jadi 78 persen. Atau terjadi peningkatan yang signifikan.

Hasanuddin yang juga hadir sebagai perwakilan dari LKPSK mengatakan, meningkatnya partisipasi pemilih disebabkan adanya tensi perang ideologi yang disebabkan terjadinya polarisasi masyarakat.

"Jadi lebih kepada dua sisi, ada yang ingin tetap mempertahankan Jokowi dan ada yang ingin pemimpin baru. Mereka ini punya semangat tinggi yang berpengaruh pada meningkatnya partisipasi," terang Hasanuddin.

Pada Pemilu 2019 di Riau juga pembelahan etnis juga terlihat tajam. Dimana untuk etnis Batak dan sebagian Jawa di Riau cenderung kepada Jokowi-Maaruf Amin. Namun untuk etnis Minang, Melayu dan Bugis, Banjar serta Jawa sebagiannya ke kubu Prabowo-Sandi.

"Kalau dilihat lagi untuk Pilkada 2020, saya rasa tidak akan setinggi partisipasi Pemilu 2019 lagi," jelas Hasanuddin.