wisata

Wisata Gua Payudan, Puncak Tertinggi di Sumenep dan Tempat Petilasan Para Raja

Oleh: Moh Rasikin Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:38 kbrn-pusat

KBRN, Sumenep : Destinasi objek wisata ini berada di atas pegunungan yang bernama Gunung Payudan, tepatnya di Desa Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep kurang lebih 30 Km ke arah barat Kota Sumenep.

Bagi masyarakat Sumenep,  Gua Payudan mempunyai arti penting mengingat gua tersebut memiliki keterkaitan dengan sejarah raja-raja Sumenep abad X1V sampai  abad XVII. Gua ini tidak hanya bernilai sebuah obyek wisata alam (goa) saja, tetapi juga mengandung makna religi dan sejarah di dalamnya.

“Puluhan tokoh dan raja-raja Sumenep termasuk petinggi negeri ini pernah berada di sini,” terang Moh Sandi, tokoh masyarakat setempat, Senin (02/12/2019).

Tokoh masyarakat atau raja yang pernah bersemedi digoa tersebut diantaranya, Potre Koneng yang merupakan putri Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa sekitar tahun 1366-1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja di Sepudi bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari Sunan Ampel Surabaya.

Selain itu, ada juga Pangeran Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja Sumenep pada Tahun 1415-1460. beliau adalah Putra tertua dari Pasangan Potre Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja, tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada akhirnya di jadikan Menantu raja Majapahit yaitu Raja Brawijaya.

“Ada juga Pangeran Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, serta Bindara Saod. (R. Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762,” imbuhnya.

Untuk mengunjungi tempat ini tidak begitu sulit, dari Sumenep naik angkutan umum menuju ganding lalu ganti angkutan menuju Pasean atau batu Ampar, kemudian turun di pertigaan Desa Payudan Daleman. Dari pertigaan bisa menaiki dokar (Andong) atau jalan kaki sekitar 2 Km sampai ke Lokasi Gua. 

“Bagi yang membawa kendaraan sendiri saat ini sudah bisa langsung ke kaki gua, karena kendaraan sudah bisa masuk, baik kendaraan roda dua atau bus mini,“ katanya.

Konon, gua ini pertama kali ditemukan oleh K Slaiman bin Samukdin yang berasal dari Pamekasan. Awalnya K  Sulaiman bersemedi di Asta Juruan Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep selama 21 Hari. Selama melakukan tapa tersebut, bekal yang dibawa yaitu jagung sangrai. Setelah hari ke 21, K Sulaiman mendapat petunjuk untuk pergi ke arah barat, tepatnya ke gunung payudan. Setelah 3 hari 3 malam berjalan ke arah barat sampai dan naik maka terdengar suara sayup-sayup seperti ada orang menumbuk jagung. Setelah didekati ternyata tidak ada seorangpun yang sedang menumbuk jagung, yang ada hanya tempat rindang dengan dinding batu disertai tempat beristirahat dan terdapat banyak lubang. 

“Setelah bertawassul kepada Yang Maha Esa. Lalu datanglah petunjuk bahwa tempat tersebut merupakan tempat bertapa para raja-raja terdahulu,” ceritanya.

Saat ini warga yang datang ke gua tersebut tidak hanya warga Sumenep, tapi juga dari sejumlah kabupaten lain di Jawa Timur, semisal dari kabupaten Jember, Situbondo, Bondowoso, Tulung Agung dan Pacitan. Warga ada yang berkunjung hanya untuk berwisata, ada juga yang bermalam untuk bersemedi.