sorotan-kampus

Cetak SDM Unggul, Nadhiem Akan Ubah Sistem Belajar Perguruan Tinggi

Oleh: Rido Lingga, S.Kom Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:38 kbrn-pusat

KBRN, Depok : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadhiem Makarim akan membuat perubahan radikal pada pendidikan dalam lima tahun penugasan dirinya oleh Presiden Joko Widodo. Perubahan fundamental ini, kata Nadhiem, akan menimbulkan ketidaksetujuan dari banyak institusi pendidikan.

Namun bila dipahami dan ikuti oleh para pendidik di tingkat sekolah dan perguruan tinggi (PT) akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Sebagaimana output dunia pendidikan yang dititipakan Jokowi kepada dirinya selaku Mendikbud.

"Sesuai arahan Bapak Presiden kepada saya, simpel yaitu menciptakan SDM unggul dalam menghadapi tantangan perubahan dunia pendidikan dan budaya yang semakin cepat kedepan. Arahan Presiden ini harus diterapkan kepada manajemen perguruan tinggi, dosen, mahasiswa dan masyarakat," ucap Nadhiem saat melantikan rektor baru Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro di UI Kampus Kota Depok, Rabu (04/12/2019).

Tugas perguruan tinggi sebut Nadhiem adalah mencetak mahasiswa berkarakter pemimpin dan unggul. Perubahan dunia sangat cepat dan dinamis dimana gelar tidak menjamin kompetensi, lulusan tidak jadi jaminan kemampuan berkarya, dan akreditasi tidak jadi jaminan mutu.

"Inilah tren yang harus kita sadari, ini kalau tidak kita akui maka tidak bisa meningkatkan kualitas lulusan sekolah maupun perguruan tinggi," ujarnya.

Salah satu strategi yang akan diterapkan dalam melaksanakan keinginan presiden ini, Kemendikbud akan menciptakan suasa kemerdekan belajar di setiap jenjang pendidikan. Paradigmanya pemerintah akan memberikan kepercayaan kepada institusi pendidikan kebebasan atau otonomi melaksanakan pembelajaran.

"Tapi dalam ekspektasi saya, dalam hal kemerdekaan ini harus penuh, kemerdekaan dari berbagai regulasi dan birokratisasi. Kepada guru dan dosen juga dibebaskan dari birokrasi. Mahasiswa diberi kebebasan untuk belajar sesuai kemampuan dan minatnya. Lima tahun ke depan tidak akan nyaman dunia pendidikan kita ini, sebab akan banyak perubahan. Tapi kalau kita ingin perguruan tinggi dan sekolah semakin relevan, pasti bisa," paparnya.

Pendiri Gojek ini mengajak PT dan mahasiswa lulusan memahami tentang korelasi antara program studi (prodi) yang diambil saat kuliah dengan karir yang ditekuni.

"Pasti berbeda, sangat tidak sesuai antara pendidikan yang diterima dengan profesinya di dunia kerja." 

"Kalau kita sadari, seperti saya .lulusan internasional, tapi karir saya di bidang teknologi. Artinya, apa yg kita pelajari di prodi kita hanya jadi starting point karir kita. Lalu, mengapa kita tidak berikan kemerdekaan kepada mahasiswa didalam kampus, di luar kampus untuk kembangkan diri. Inilah yang namanya kemerdekaan mahasiswa," jelasnya.

Kemerdekaan dalam mengembangkan diri bagi mahasiswa ini akan mengubah paradigma hubungan dosen, guru dari menggurui, memberikan ceramah menjadi penggerak namun tidak merasa terancam jika anak didiknya ternyata punya kemampuan lebih. Dosen penggerak akan lebih banyak menggali kemampuan mahasiswanya dan membimbing mengembangkan itu daripada memberi ceramah seperti pengajaran konvensional selama ini.

"Dosen penggerak akan merekam ceramah kuliahnya kemudian di kelas tinggal masuk sesi diskusi dan debat. Dosen penggerak akan banyak mengerjakan proyek di luar kampus dengan melibatkan mahasiswanya dalam kegiatan tersebut sehingga mahasiswa punya pengalaman baru. Kita harus analisa apakah setiap jam mahasiswa berada di kampus bakal relevan dengan masa depannya. UI akan unggul di panggung dunia kalau sukses menerapkan metode ini," ungkapnya.

Baca Juga: Prof. Ari Kuncoro Resmi Jabat Rektor Universitas Indonesia, Nadhiem: UI Harus Terus Berubah

Masih di lokasi yang sama, Mantan Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri menganggap tidak ada hal yang baru dari visi Nadiem Makarim ini untuk UI. Menurut mantan rektor UI periode 2007-2012 ini, UI sudah menerapkan metode pengajaran seperti yang disebutkan Mendikbud itu sejak era Rektor Usman.

"Tahun 2010 Rektor Usman sudah mulai berbicara soal student center learning Di UI. sudah meluas diterapkan pembelajaran berbasis pada mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator, penggerak. Tinggal penyempurnaan saja," kata Gumilar.

Namun, tampaknya paradigma baru itu tidak akan berjalan baik di UI, hal ini menjelaskan kenapa student learning centre UI besutan mantan Rektor Usman, jalan di tempat. Sebab, sambung Gumilar, UI berbenturan dengan pengaplikasian Tri Darma UI yaitu penelitian, pendidikan, pengabdian masyarakat.

"Sedangkan menteri menekankan perguruan tinggi harus catak SDM yang unggul, itu sama saja. Dan menteri bilang merubah sistem pengajaran dari ceramah lebih kepada mahasiswa. Nah bagi UI sudah lama dilaksanakan seperti itu tapi memang belum optimal," tutupnya.