sorotan-kampus

Sepenggal Kisah tentang Soekarno dan Muhammadiyah

Oleh: Wahyu Suryo Editor: 10 May 2020 - 11:38 kbrn-pusat

KBRN, Yogyakarta : Bapak Bangsa Buya Syafii Maarif menyebut Bung Karno, yang juga salah satu tokoh Proklamator Indonesia, memiliki kaitan erat dengan Muhammadiyah. Saat diasingkan Belanda ke Bengkulu tahun 1938, ia menjadi pengurus organisasi tersebut, bahkan mempersunting Fatmawati, putri seorang tokoh Muhammadiyah setempat.

”Waktu itu dia dibuang tetapi tidak ke Digul, ke Ende dulu baru ke Bengkulu, di tempat ini ia aktif di Muhammadiyah, mengajar dan memberi kursus-kursus, salah satu muridnya Fatmawati atau Bu Fatimah, yang akhirnya Soekarno kecantol (terpaut hatinya kepada Fatimah, red),” kata Buya saat menjadi pembicara kunci Seminar bertema Bung Karno, Api Islam dan Muhammadiyah, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (7/12/2019).

Pembicara lainnya, yaitu mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Yudi Latif menyampaikan, sejak usia 15 tahun Bung Karno sudah bergabung dengan Organisasi Muhammadiyah ketika tinggal di Surabaya.

”Waktu itu ia tinggal di rumah HOS Cokroaminoto, di dekat situ ada masjid yang setiap sebulan sekali ada pengajian diikuti seratus orang berhimpit-himpitan di situ lah ia mulai belajar apa itu islam, tetapi kan dalam perjalanan berikutnya ia lebih hanyut di dalam politik,” ucapnya.

Sedangkan Zuly Qodir, Ketua Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menekankan, pentingnya mempelajari sejarah tentang Soekarno dan Muhammadiyah, untuk menghilangkan persepsi keliru, yang selama ini berkembang di masyarakat.

”Ketika jadi anggota Muhammadiyah di Bengkulu, terkutipkan sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah, jangan hapuskan saya sebagai anggota Muhammadiyah, kalau ada orang Muhammadiyah yang menganggap Soekarno itu tidak Muhammadiyah, berarti kurang membaca sejarah,” kata dia.

Profesor Bambang Purwanto, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM menilai jika Bung Karno merupakan sosok luar biasa dalam hal membaca buku, karena begitu tinggi minatnya terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menjadikannya sebagai tokoh bangsa yang luar biasa.