politik

Bawaslu: Kampung Pengawasan, Ikhtiar Kawal Pemilu Berintegritas

Oleh: Hayatun Sofian Editor: Heri Firmansyah 10 May 2020 - 11:38 kbrn-pusat
KBRN, Mataram : Seluruh proses pada pemilihan umum (Pemilu) harus dikawal secara bersama sehingga pelibatan  semua pihak baik penyelenggara, kontestan dan seluruh pemilih penting ditingkatkan.

Menyadari hal itu maka Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggagas Kampung pengawasan dalam memaksimalkan pengawasan.

“Kami menyebutnya kampung pengawasa  bukan desa. Nah yang viral sebetulnya desa anti politik dan ada yang deklarasikan desa anti politisasi sara. Tapi kami melihatnya itu sebagai hal yang baik,” kata, Ketua Bawaslu NTB, Muhammad Khuwailid, Selasa (10/12/2019) pada Workshop Pengawasan Berbasis Kebudayaan Tahun 2019 di Sasak Resto Rembiga Mataram.

Ia mengatakan bahwa pemilu adalah soal mendasar sebagai seorang warga negara. Maka seluruh proses pemilu tentunya harus berbasis dengan konsep.

“Geraknya harus berbasis dengan konsep. Dan ruang itulah yang sebetulnya maka bawaslu menggagas kampung pengawasan,” ujarnya.

Disebutkan, jika kampung pengawasan ini terbentuk dan dia lahir maka dialah hasil dari sebuah proses serta hasil yang kritis dari masyarakat atas seluruh realitas yang dialami.

Karenanya kampung pengawasan ini tidak membentuk struktur baru dan organ baru di tengah masyarakat.

“Tapi dia masuk didalam kelompok – kelompok yang ada. Karena sekarang orang sedikit – sedikit bikin kelompok. Nah selalu orang bertanya ini apa maunya,” paparnya.

Khuwailid mengungkapkan, pemilu juga membuat orang gemar berbuat kebaikan. 

Bahkan rajin beribadah dan rajin bersilaturrahmi sehingga pihaknya berargumen jika pemilu ini harus dilaksanakan setiap hari mengingat semua orang berbuat kebajikan. Tapi disisi lain ini menjadi keadaan yang naif.

“Namun secara keadaban kita semakin mundur, kenapa saya katakan begitu karena orang berbuat baik didasarkan pada kesadaran kemanusiaan bukan didasarkan pada kesadaran ketuhanannya,” pungkasnya.

“Ini menjadi paradoks disatu sisi kita bergerak maju disisi yang lain bergerak maju,” tutupnya.