sigap

Tren Pengguna Narkoba 'KW' Di Kota Kediri Meningkat

Oleh: Ayu Citra Editor: 10 May 2020 - 11:38 kbrn-pusat

KBRN, Kediri: Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kediri mencatat tren penyalahgunaan narkoba tiruan atau 'KW' oleh sejumlah pengguna mengalami peningkatan selama tahun 2019.

Kondisi ini diungkapkan oleh Kepala BNN Kota Kediri, AKBP Bunawar., S.H, bersama jajarannya saat menggelar Konferensi Pers Kinerja Akhir Tahun 2019, di Kantor BNN Kota Kediri, Selasa (10/12/2019).

Menurut Kepala BNN Kota Kediri, AKBP Bunawar., S.H, sesuai Rekapitulasi Data Klien Pecandu Narkoba di wilayah hukum BNN Kota Kediri yang bersumber dari Seksi Rehabilitasi BNN setempat, selama 2019 ada 17 klien pecandu narkoba yang dibina. Dari jumlah ini, pengguna obat keras jenis Pil Dobel L ada 5 pengguna dan 12 lainnya adalah klien pengguna narkoba jenis Sabu.

"Untuk jumlah ini, memang pengguna pil dobel L yang merupakan obat keras sangat banyak, jika dibandingkan dengan klien pecandu Sabu. Ini karena harga Sabu cenderung mahal, yang kualitas rendah dan paling murah saja harganya sekitar Rp 1,3 juta sampai Rp 1,4 juta, sedangkan jenis Sabu kualitas bagus harganya sekitar Rp 1,7 juta," kata Kepala BNN Kota Kediri, AKBP Bunawar., S.H, di Kantor BNN Kota Kediri, Selasa (10/12/2019).

Bunawar menambahkan, dari catatan BNN setempat, untuk menyiasati mahalnya harga Sabu ini, mereka memilih patungan dengan kelompoknya. Lalu, iuran per orang untuk beli Sabu tersebut bisa Rp 200 ribuan.

"Sementara, realisasi kinerja kami tahun 2019 untuk pelaporan capaian Berkas P-21 ada 1 berkas. Kasus ini melibatkan Ari Julianto Bin Mujito dengan barang bukti narkoba jenis Sabu seberat 12,56 gram, 1 unit sepeda motor Satria F-150 warna putih, 2 unit HP, dan uang senilai Rp 1.610.000," katanya.

Terkait tren penyalahgunaan narkoba, Kasie Rehabilitasi BNN Kota Kediri, Duhia Rosyida merinci, bahwa saat ini para pengguna ini lebih memilih mengonsumsi narkoba jenis KW atau yang mereka oplos sendiri. Misalnya dengan meramu beraneka jenis obat keras, dicampur zat lain yang efeknya bisa sama dengan saat ia menggunakan narkoba.

"Sekarang ini, sejumlah pecandu narkoba cenderung membuat sendiri. Demi memburu sensasi 'nge-fly' atau 'nggliyeng' inilah, mereka tak segan mencampur obat keras, dicampur gerusan obat nyamuk, ditambah lotion anti nyamuk, obat tidur, dan minuman bersoda," katanya 

Oleh karena itu, ia berharap, jika ada masyarakat yang mengetahui saudara, atau anggota keluarganya sebagai pecandu dan ingin direhabilitasi, mari langsung datang ke Kantor BNN Kota Kediri. Hal ini karena sekarang di BNN Kota Kediri telah memiliki Tim Asesor.

"Tim Asesor ini terdiri dari tim hukum dan tim medis. Dari tim inilah, kami akan bisa mengetahui bagaimana peran si pengguna dalam peredaran penyalahgunaan narkoba," katanya.

Sementara itu, pada kesempatan ini juga dipublikasikan hasil Rekapitulasi Data Tes Urine Tahun Anggaran 2019, oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M), DN Indrawati.

"Selama tahun 2019, kami telah menggelar deteksi dini tes urine kepada 2.648 orang di Kota Kediri. Dari jumlah ini, diketahui ada seorang peserta tes urine dari kalangan mahasiswa yang dinyatakan False Positif, karena sebelum tes, ia mengonsumsi obat untuk penyakit ginjal," katanya.

Perlu diketahui, lanjut DN Indrawati, tes urine ini telah digelarnya di berbagai instansi, seperti kalangan internal pegawai BNN Kota Kediri, anggota Yonif Mekanis 521/DY Kediri, Brigif Mekanis 521/DY Kediri, dan pegawai RS DKT Kediri. Selain itu, juga pada mahasiswa baru Politeknik Negeri Malang PSDKU Kediri, mahasiswa baru Universitas Islam Kadiri (Uniska), kalangan pelajar SMP Pawyatan Daha 1 Kediri, hingga pada pegawai Lapas Kelas IIA Kediri, dan pada ASN di lingkungan OPD Kecamatan Kota, Kota Kediri.