sigap

Sumut Rangking 2 Pengguna Narkoba Terbanyak di Indonesia

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:37 kbrn-pusat

KBRN, Medan: Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia mernyatakan bahwa provinsi Sumatera Utara merupakan pengguna narkoba terbesar ke - 2 di Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta. Hal itu dikatakan Deputi Pemberantasan BNN RI Irjen Pol Arman Depari usai press release pengungkapan narkotika seberat 60 kilogram di Kota Medan, Rabu (11/12/2019) siang.

Menurut Arman, Sumatera Utara khususnya Kota Medan juga salah satu gudang penyimpanan narkoba terbanyak di Indonesia, untuk didistribusikan (diedarkan) ke sejumlah wilayah di Indonesia.

"Sumut merupakan pengguna terbesar nomor dua terbesar di Indonesia. Medan adalah salah satu gudang yang terbanyak narkoba untuk dikirim ke wilayah - wilayah Indonesia. Ini saya kira menjadi perhatian kita semua masyarakat dan pejabat di kota Medan dan Sumut. Jangan banyak pungli dan juga korupsi,” kata Arman.

Menurut Arman, salah satu faktor tingginya tingkat pengguna narkoba di Sumut karena masih leluasanya para Narapidana (napi) narkotik di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) mengendalikan peredaran narkoba di luar. Bahkan dari data yang dimiliki BNN, pada tahun 2017 setidaknya ada 29 Napi penghuni Lapas terindikasi terlibat sebagai pengendali transaksi peredaran narkoba. Bahkan saat ini sudah meningkat 70 persen di tahun ini dengan total 44 Napi teridentifikasi terlibat dalam peredaran narkoba di luar lapas.

"Ya memang cukup banyak keterkaitan Lapas dengan peredaran narkoba terutama para napi yang mengendalikan peredaran narkoba di luar. Pada tahun 2017 ada sekitar 29 yang kami identifikasi terkait dengan peredaran narkoba. Dan laporan terakhir ada sekitar 44 orang napi. Berarti ada peningkatan atau kenaikan,” kata Arman.

Meningkatnya jumlah napi yang terlibat dalam peredaran narkoba tentu tidak terlepas dari peran aktif yang dilakukan pihak Lapas dalam mengurangi dan menekan angka peredaran narkoba baik di dalam maupun di luar lapas. Selain itu, tidak adanya keterlibatan langsung BNN dalam mengatasi peredaran narkoba di dalam lapas, serta kurangnya respon dari pihak lapas terkait masalah tersebut.

“Oleh karena itu, masih menjadi pertanyaan kita apa yang sudah dilakukan? Karena sampai saat ini kami belum menerima feedback tentang upaya -upaya dari lapas untuk mengurangi peredaran narkoba yang dilakukan oleh napi - napi binaan Lapas. Kita sudah sampaikan dan cari tahu, tapi upayanya belum disampaikan kepada kita,” tegasnya.

Dikatakan Arman, Sumut memang masih menjadi lokasi primadona bagi para pengedar untuk melakukan transaksi narkoba jaringan internasional. Berbatasan langsung dengan pantai laut timur, Sumut juga daerah yang dinilai strategis khususnya di wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Termasuk pengungkapan 60 kilogram sabu yang dilakukan tersangka Z alias Zul, modus transaksi dilakukan di tengah perairan laut. Para pelaku juga memiliki peran ganda, selain kurir namun juga sekaligus pengedar.

"Modus yang dilakukan di tengah laut ini memang sering kita lihat. Tetapi kali ini kita melihat ada sesuatu yang kelihatannya berbeda. Ternyata tersangka atas nama Zul yang kita tangkap ternyata tidak hanya sekadar berperan sebagai penyimpan atau gudang. Dia juga ditunjuk untuk mengedarkan sebagai peran Potter dan juga mengecer atau menjual dalam partai - partai kecil ke tengah masyarakat dengan menggunakan becak motor. Seolah - olah ini dipakai untuk belanja ke pasar. Narkoba yang dibawa berada di keranjang yang diletakkan di kiri dan kanan Betor,” ungkap Arman.

"Kita lihat selama ini dan masih berjalan juga narkoba yang masuk ke Indonesia hampir seluruhnya berasal dari Malaysia. Kali ini pun sumbernya dari Malaysia yang dibawa melalui jalur laut menggunakan kapal kayu dan serah terima di tengah laut dari sindikat internasional Malaysia kepada sindikat lokal dari Indonesia di bawa menuju Tanjungbalai. Dari Tanjungbalai kemudian disimpan di gudang di TKP yang dilakukan penggrebekan," tambahnya.

Jaringan seperti ini, kata Arman memasukkan narkoba yang hampir semua dari Malaysia yang dibawa melalui jalur laut menggunakan kapal kayu. "Jaringan ini sebenarnya sudah cukup lama, tetapi mereka ini juga tidak selalu berhubungan dengan yang lain. Barang bukti yang kita sita ini dari kemasannya saja kita sudah tahu ini berasal dari pabrik yang sama dengan sindikat terdahulu yang pernah kita tangkap dan kita sita," kata Arman.