KBRN, Jakarta : Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi menegaskan, gebrakan Mendikbud, Nadiem Makarim yang akan menghapus sistem ujian nasional (UN) pada 2021 mendatang sudah sesuai dengan kesepakatan bersama pihaknya. Pasalnya menurut dia, UN justru membuat peserta didik mengalami kekacauan mental dan emosional atau stres.
"Ini memang sudah disepakati bersama dengan kita bahwa UN itu dianggap saat ini sebagai salah satu bentuk yang membuat stress bagi siswa maupun juga bagi guru dan bagi sekolah," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan, UN bikin siswa jadi stres karena adanya penyeragaman, dan penyamarataan standar pendidikan untuk seluruh wilayah Indonesia. Sementara, berdasarkan demografi, Indonesia juga terdiri dari daerah tertinggal, daerah terluar, daerah berkembang, serta daerah yang sudah berkembang.
"Nah ini tentu tidak bisa disamakan. Apa yang terjadi saat ini banyak sekolah-sekolah kabupaten juga memaksa supaya angka kelulusan UN itu maksimal agar mendapat predikat yang baik," jelasnya.
"Padahal yang terjadi di lapangan, anak-anak itu hanya mempelajari bahan, istilahnya mempelajari soal-soal jawabannya saja, di situlah muncul industri pembimbingan belajar, bahkan sampai ada joki segala macam," pungkasnya. (Foto : Tangkap Layar YouTube/ DPR RI)
"Ini memang sudah disepakati bersama dengan kita bahwa UN itu dianggap saat ini sebagai salah satu bentuk yang membuat stress bagi siswa maupun juga bagi guru dan bagi sekolah," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan, UN bikin siswa jadi stres karena adanya penyeragaman, dan penyamarataan standar pendidikan untuk seluruh wilayah Indonesia. Sementara, berdasarkan demografi, Indonesia juga terdiri dari daerah tertinggal, daerah terluar, daerah berkembang, serta daerah yang sudah berkembang.
"Nah ini tentu tidak bisa disamakan. Apa yang terjadi saat ini banyak sekolah-sekolah kabupaten juga memaksa supaya angka kelulusan UN itu maksimal agar mendapat predikat yang baik," jelasnya.
"Padahal yang terjadi di lapangan, anak-anak itu hanya mempelajari bahan, istilahnya mempelajari soal-soal jawabannya saja, di situlah muncul industri pembimbingan belajar, bahkan sampai ada joki segala macam," pungkasnya. (Foto : Tangkap Layar YouTube/ DPR RI)
/e7z4mrtqlvtv1ht.jpeg)
