info-publik

Menata Perilaku Sebelum Dihantam Takdir Bencana, Cegah Sebelum Dilanda

Oleh: Syamsuddin Putra Editor: 10 May 2020 - 11:34 kbrn-pusat

KBRN, Malang : Awal 2020, sejumlah bencana alam menghantam beberapa titik lokasi di Malang Raya. Pekan pertama Januari 2020 saja, tercatat empat bencana telah terjadi di wilayah Kabupaten Malang.

Dari angin kencang, hingga efek domino yang mengikutinya, yakni pohon tumbang. Tak tanggung-tanggung, beberapa kecamatan dibuat pusing dengan pohon-pohon yang bertumbangan akibat di terpa angin puting beliung.

"Terakhir pada pekan pertama Januari 2020, angin kencang melanda Kabupaten Malang hingga pohon bertumbangan di sejumlah kecamatan tumbang," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana (BPBD) Kabupaten Malang, Iksan Hadi, Minggu (19/1/2002).

Selain bencana angin kencang, banjir juga telah melanda sejumlah titik, antara lain di MTS Negeri 4 Malang yang terletak di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjingwetan.

Hujan deras yang mengguyur wilayah Malang Selatan kala itu merendam tiga ruangan di sekolah tersebut hingga tidak bisa digunakan. Kepala Sekolah MTs Negeri 4 Malang, Ahmad Ali, Kamis (9/1/2020) lali mengatakan, beberapa kaca di ruang kelas juga rusak dihantam derasnya arus air. Meluapnya air hingga ke fasilitas warga diduga kuat akibat saluran air yang tersumbat.

Rendaman air di MTS Negeri 4 Malang itu terjadi hampir setiap tahun. Karenanya, pihak sekolah sudah membangun koordinasi dengan pengurus Desa setempat dan Kecamatan untuk mencari solusi bersama agar saluran air di belakang gedung sekolah yang menjadi pemicu terjadinya banjir bisa teratasi. Pertanyaannya, benarkah luapan air itu dampak ulah manusia?

"Saluran pembuangan air di belakang sekolah tersumbat sampah, sehingga air meluap begini mas," terang Ahmad Ali kala itu.

Berkaca dari bencana banjir, dinilai penting untuk menata perilaku agar bencana tidak melanda manusia. Tak hanya bencana angin kecang dan banjir yang sering melanda wilayah Kabupaten Malang, tetapi tanah longsor dan gempa bumi juga kerap singgah dan meninggalkan catatan 'buku tamu' cukup penuh awal Januari 2020 dengan total 9 (sembilan) getaran gempa yang terdeteksi. 

Karenanya, berbagai upaya dilakukan oleh beberapa pihak untuk melakukan pengurangan resiko bencana alam. Kepala BPBD Kabupaten Malang, Bambang Istiawan mengatakan bahwa sejumlah shelter telah dibangun. Utamanya di dua titik, yaitu kawasan Pantai Tamban dan Pantai Sendiki.

"Beberapa shelter telah kami bangun, sehingga saat bencana datang, ada tempat aman yang bisa dituju masyarakat," kata Bambang.

Sejumlah shelter juga sebagai tempat berkumpul bagi korban bencana alam di pesisir Malang bagian selatan. Kata Bambang, bencana gempabumi dan tsunami tidak bisa diprediksi, sehingga warga juga diajak untuk bersama sama mengurangi resiko bencana. 

Bahkan, BMKG juga memasang alat deteksi dini gempa di beberapa titik. Terakhir, alat deteksi bernama seismograf dipasang di dusun Umbulrejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat kabupaten Malang menerima manfaat dari pemasangan alat seharga miliaran rupiah itu.

"Alat sudah kami pasang dan Senin (20/1/2020) akan diresmikan Bupati gedungnya," ungkap Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Karangkates, Musripan, Minggu (19/1/2020).

Selain shelter dan seismograf, BPBD juga telah memasang 175 rambu jalur evakuasi yang terpasang sempurna di wilayah pesisir pantai Malang selatan.

Early Warning System (EWS) Gempa dan Tsunami juga dipasang di sana, sebagai deteksi dini terjadinya bencana. Sayangnya, alat canggih itu mengalami korosi dan kini tengah dicari solusi dengan melakukan uji coba melapisi alat EWS dengan Resin.

"Alat EWS kami mengalami korosi. Sekarang tengah mencari solusi," ungkapnya.

Tak hanya itu, BPBD juga sudah memberi imbauan kepada masyarakat dengan memasang rambu-rambu di titik rawan longsor seperti papan nama bertulisan 'Daerah memasuki rawan longsor' dan 'Daerah rawan Banjir'. 

Lima Posko Lapangan (Poslap) untuk penanganan dini bencana alam juga telah dibentuk untuk memudahkan penanganan di daerah rawan bencana. Poslap itu untuk antisipasi penanganan dini kalau wilayah terdekat terjadi bencana awal. Dan Poslap juga bisa difungsikan sebagai pusat informasi awal sebelum BPBD Kabupaten Malang melangkah.

Persiapkan peralatan untuk memudahkan layanan penanganan bencana di wilayah Kabupaten Malang juga dilakukan. Sejumlah peralatan seperti Mini Chain Saw untuk penanganan pohon tumbang, mesin sedot air untuk menguras saat terjadi bencana banjir,  dan peralatan penerangan saat bencana terjadi di malam hari.

"Selain itu ada beberapa peralatan penanganan bencana lainnya, seperti alat berat dan kendaraan tangki air bersih dan ambulans," terangnya.

Pengurangan resiko bencana tak hanya dilakukan BMKG Stasiun Geofisika Karangkates dan BPBD setempat saja, melainkan jajaran Kepolisian di wilayah hukum Polres Malang juga turut serta melakukan kegiatan yang bisa mengurangi resiko bencana tersebut.

Salah satunya dengan menanam ribuan bibit pohon Cemara Udang di pesisir Pantai Malang Selatan, Jumat (10/1/2020) lalu.

Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung mengatakan, 2.000 bibit pohon sengaja ditanam dengan harapan bisa meminimalisir dan mencegah abrasi air laut di sepanjang kawasan pantai selatan Kabupaten Malang.

"Kenapa kami tanam di bibir pantai ini agar bisa mengurangi abrasi," tegas Kapolres.

Bencana alam yang terjadi tak bisa diprediksi oleh siapapun terlebih gempa dan Tsunami serta angin kencang. Tetapi resiko bencana bisa dieliminir sedemikian rupa. Terlebih bencana banjir dan tanah longsor, tergantung sikap dan perilaku manusia.

Masihkah bencana akan menghampiri masyarakat yang sudah berjibaku dengan jerih payah untuk mengeliminir murka alam? Penting bagi masyarakat untuk bersahabat dengan alam, saling menghargai dan menghormati dengan alam, agar tetap terjaga kelestariannya.

Bencana memang takdir, tapi manusia diberi akal budi sesuai kapasitasnya sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan di muka bumi, untuk menggunakan akal budi dan pikiran sehatnya dalam mempersiapkan diri atau waspada terhadap bencana.