info-publik

Nurdin Pasien TB Sembuh yang Dibedah Rumahnya

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:33 kbrn-pusat

KBRN, Garut: Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten dengan target penemuan kasus TBC yang cukup tinggi di Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Garut telah berupaya memutus mata rantai penyebaran TB, salah satunya dengan membedah rumah tidak layak huni atau rutilahu di daerah-daerah yang padat penduduk bekerjasama dengan seadaya masyarakat dari para donatur Yahintara  dan organisasi perempuan peduli TBC atau Kader TB Care Aisyiyah tahun 2017 dengan dana Rp.24 juta.

Nurdin salah satu warga Kampung Bentar Girang RT 02 RW 03 Kelurahan Kota Wetan Kecamatan Garut Kota mengatakan pihaknya sangat berterimakasih sekali atas bantuan pembangunan rumah layak huni untuk dia dan keluarganya. Nurdin menceritakan awal mulanya dia terserang penyakit TBC salah satu faktor utamanya adalah tidak pernah mendapatkan pencahayaan matahari yang cukup di rumahnya.

"Jadi saya tuh udah cukup lama lah tinggal dirumah yang gak layak huni, lembab dan gelap ini. Jujur aja rumah saya gak pernah kena sinar matahari, kan dempet dengan rumah sebelah terus bilik bambu semua, nah saya dari situ udah ngerasa stres terus saya kerjanya serabutan ya suka amplas kayu atau apalah nah dari situ juga debu kali ya saya langsung batuk batuk dua minggu gak berhenti,  akhirnya disuruh periksa oleh relawan Aisyiyah dan benar saya kena TBC," cerita Nurdin kepada awak media di tempat tinggalnya di Kelurahan Kota Wetan, Garut Jawa Barat, Selasa (28/1/2020).

Baca juga : Kasus TB di Garut Cukup Tinggi, Rutilahu Penyebabnya

Nurdin juga menuturkan ia dan istrinya adalah pasien TB sembuh.  Berkat dorongan dari sang istri dan keluarga agar tidak lupa meminum obat, Nurdin dan istri kini terbebas dari penyakit TBC selamanya. 

"Juni 2015 saya mulai batuk berdahak terus menerus lebih dari dua minggu, berat badan menurun, sesak napas, dan setiap malam berkeringat walaupun tidak beraktifitas. Sedih rasanya, saya sebagai tulang punggung keluarga sakit TBC. Istri seorang ibu rumah tangga juga ikut terkena TBC. Sampai akhirnya akhir bulan Juni 2015 kami bertemu dengan salah satu kader TB Care ‘Aisyiyah Garut, yang sigap dan rela mengantar ke Puskesmas Guntur. Petugas Puskesmas menganjurkan untuk cek dahak"

"Saya kaget ketika diberitahukan hasil dahak positif TB dan harus diobati minimal enam bulan. Sudah kebayang bosannya minta ampun minum obat selama itu. Tapi istriku telaten memberikan obat dan mengawasi saat menelannya. Jika obat tinggal untuk satu hari lagi istri sigap mengambil obat ke Puskesmas. Alhamdulillah saya patuh berobat sampai tuntas," terang Nurdin. 

Nurdin juga berbagi soal penyakit TBC yang pernah dideritanya. Kata Nurdin penyakit TB itu dapat menular jika pasien TBC tidak menggunakan masker saat beraktifitas atau berbicara dengan orang lain. 

"Saya rajin pake masker karena kalau enggak make kan nular lewat udara atau percikan air saat saya bicara dengan lawan bicara saya. Memang sih awal-awal sempat minder dan malu bergaul dengan tetangga. Lama-lama terbiasa dan mulai percaya diri, tapi sebulan kemudian istri saya, namanya Titin mulai batuk berdahak juga dua minggu, berat badannya turun, dan tampak pucat. Duh saya khawatir, jangan2 istri tertular TB juga. Saya minta tolong lagi ke kader TB Care 'Aisyiyah (Ibu Kuraesin-red) untuk mengantar istri periksa ke Puskesmas Guntur. Setelah diperiksa dahak hasilnya positif TB. Sedih sekali "katurug katutuh"," ucapnya sedih.

Lebih lanjut Nurdin mengatakan kuman TB ini menular begitu cepat kepada istrinya karena kuman TB senang hidup di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari.  

"Kuman sangat senang tinggal di tempat yang lembab. Rumah saya sangat mendukung untuk jadi sarang kuman TB. Tinggal di "sorodoy" rumah, ukurannya hanya 2x6 m, kalau hujan bocor disana sini. Ada 2 lantai, di lantai bawah ada kamar mandi dan ruangan jahit  beralaskan tanah. Tidak ada ruang tamu. Sedangkan lantai atas terdiri dari 1 kamar dan dapur. Dengan kondisi rumah yang berhimpitan seperti ini terasa sangat sesak, apalagi tembok sebelah kanan saya numpang ke tembok orang lain yang lembab dan berlumut. Jauh dari kata sehat dan layak huni deh," katanya. 

Nurdin menjalani itu semua dengan sabar sehingga membuahkan hasil yang mengembirakan. 

"Alhamdulillaah doa saya dikabulkan oleh Allah SWT. Bulan Ramadhan tahun 2017 tim TB Care 'Aisyiyah Garut bersama Yahintara (Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara-red) silaturahmi ke rumah dan bilang akan ada program bedah rumah. Senangnya hatiku, sujud syukur padaMu ya Rabb. Syarat untuk dapat program bedah rumah ini tanah milik sendiri dan tidak boleh merokok. Saya penuhi syarat itu. Setelah melalui 3 kali musyawarah dengan pemilik rumah, keluarga, tokoh masyarakat & agama, serta pihak kelurahan, maka kami mulai pembangunan namanya tiny house for nurdin kalau gak salah," terang Nurdin. 

Selain bedah rumah,  Nurdin juga menuturkan dirinya diberikan bekal usaha mandiri oleh pemkab Garut yakni dengan membuka kerajinan jaket kulit. 

"Saya dikasih bantuan mesin jahit pleh ibu Bupati untuk menjahit jaket dan kerajinan kulit yang merupakan keahlian saya. Alat perabotan rumah tangga dikasih dari Ibu2 'Aisyiyah. Alhamdulillaah kado lebaran terindahlah. Saya dan istri sehat, mendapat rumah sehat layak huni 3 lantai, dan mesin jahit. Saya menjadi orang yang lebih berdaya dan mendapat penghasilan yang cukup malahan jaket saya juga dipasarkan ke luar negeri. Pokoknya terimakasih banyak atas dukungan semua aparat. Mari kita nikmati dan syukuri sinar matahari dan udara bebas sebagai anugerah Alloh SWT yang tak perlu kita beli. Biarkan ia masuk mengisi rumah kita. Mematikan kuman TB dan kita bangun pagi dengan menghirup udara segar," kata Nurdin. 

Sementara Koordinator TB Care Aisyiyah, dr. Sakinah Ginna mengatakan Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru dan organ tubuh lainnya. Kuman TB ke luar ke udara saat saat penderita TB batuk, bersin atau berbicara, selanjutnya kuman TB terhirup orang lain. Diperkirakan 1 penderita TB dapat menginfeksi 10-15 orang per tahun. Untuk itu perlu dukungan dari semua pihak bahkan NGO sekalipun untuk membantu pemerintah dalam menangkal virus TB. 

"Pelibatan masyarakat melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat seperti dengan Aisyiyah, organisasi perempuan turunan Muhammadiyah yang peduli TBC itu penting,  kami sudah hampir 5 tahun menjalani ini semua dan kami senang," kata dr. Ginna kepada RRI. 

Lebih lanjut dr.Ginna juga mengajak para kader Aisyiyah agar tidak bosan membantu dan menolong orang yang diduga terkena penyakit TBC. 

"Kami imbau para kader TB care Aisyiyah tidak bosan untuk menolong sesama meskipun bayarannya tidak sesuai bahkan malah tidak ada, ini amalan kita biar Allah yang membalas kebaikan kita semua," katanya. 

Diketahui beberapa bantuan dana juga didapat Aisyiyah dari Global Fund yang memberikan Rp750 ribu bagi pasien TB resisten per bulannya. Dengan motto "Salam Sajuta" yang artinya Sabar, Jujur, dan Tawakkal diharapkan dapat menjadi penyemangat dan spirit para kader diseluruh Indonesia.