info-publik

Kena Bujuk Rayu Teman, Janda Tua Ini Rela Jadi 'Manusia Gerobak'

Oleh: Fitratun Komariah Editor: Mosita Dwi Septiasputri 10 May 2020 - 11:33 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Melihat besarnya peluang untuk menetap di Ibukota, membuat penduduka desa mengadu nasib ke kota besar ini. Persaingan tergambar jelas di wajah para pendatang. Tak jarang, orang asli Jakarta justru kalah saing dengan mereka. 

Seperti salah satu kisah, yang dibagikan Erma kepada RRI, Janda berusia 45 tahun itu terpaksa menjadi seorang pemulung karena bujuk rayu dari teman dekatnya. 

Erma diajak bekerja sebagai pemulung, karena ajakan yang ditawarkan teman laki-lakinya selama lebih kurang 2 tahun. Pekerjaan ini ia lakoni seorang diri atas kemauan Erma sendiri.

"Dulunya saya kerja sama sodara, bantu-bantu," ujar Erma saat ditemui RRI di kawasan Asemka, Jakarta Kota, Selasa (28/1/2020) malam.

Teman laki-laki Erma yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengaku berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Ia merantau ke Jakarta dan bekerja di toko material milik seseorang berdarah Tionghoa. 

Saat ditemui di kawasan Pasar Asemka, Kota Tua, Erma tengah bersiap untuk tidur di dalam gerobaknya yang berwarna kuning dan biru itu. Di dalam gerobak kecilnya terdapat perlengkapan mandi, alat makan, serta pakaian seadanya. Sementara teman laki-lakinya tidur di depan kios beralaskan spanduk bekas. 

Sedang Erma, tidur hanya beralaskan triplek di dalam gerobak mungilnya. Saat ditanya mengapa tidak menggunakan kasur untuk tempat tidurnya, Erma hanya memalingkan wajah. 

"Kalau pakai kasur diomelin dia (sambil menunjuk teman laki-lakinya). Nanti disangka orang punya," balas Erma. 

Di depan gerobak nampak sebuah karung putih besar berisi botol-botol plastik bekas dan kaleng minuman seberat 6 kg. 

Pendapatannya menjadi seorang pemulung tidak menentu. Erma mengaku hanya bisa mendapat uang sekitar Rp 300-400 ribu per bulan. Itupun belum dikurangi biaya kebutuhan sehari-hari seperti biaya makan dan mandi di wc umum. 

"Tergantung bosnya kan beda-beda harganya. Ada yang jauh mahalan, kalo yang deket harganya sedang," kenang Erma dengan baju robek dan aroma tubuh yang menyengat. 

Di samping gerobak, sebuah sepeda motor sengaja ditutupi sarung lusuhnya.  Mereka terlihat menutup-nutupi keberadaan motornya itu.

"Hmm, ini mah motor punya dia, dia kerja sama orang China di material," terang Erma.

Saat wawancara dengan Erma, teman laki-lakinya terlihat ketakutan dan tidak berkenan untuk di wawancarai. Tidak lama saat proses wawancara berlangsung, laki-laki berkulit hitam itu pergi meninggalkan Erma di gerobaknya dan tidak diketahui pergi ke arah mana dia pergi. 

Sebelum mengenal laki-laki itu, Erma mengaku telah memiliki suami. Namun, beberapa tahun lalu, suami Erma meninggal dunia. Sejak kepergian mendiang suaminya beberapa tahun lalu, diam-diam, rupanya Erma menaruh hati pada teman laki-lakinya itu. Ketika ditanya, apakah laki-laki yang menemaninya malam ini adalah suaminya, Erma hanya membalas dengan mimik ketakutan. 

"Gimana ya, coba tanya dia aja. Saya berat (tidak enak) ngomongnya. Abisnya dia marah kalau dibilang suami karena saya sama dia belum menikah," kata Erma. 

Erma menuruti kemauan teman dekatnya itu untuk tinggal di dalam gerobak ketimbang tinggal di rumah yang layak bersama saudaranya. 

"Enak kalau pas malam aja, bisa tidur. Kalau pagi, siang, sore gak nyaman tidurnya. Banyak orang parkir dan jualan," jelasnya.

"Manusia Gerobak", begitulah istilah yang biasa dilontarkan orang-orang pada umumnya. Kepada mereka yang memutuskan tinggal di dalam gerobaknya kemana-mana. 

Pada 2012, Pemprov DKI Jakarta sempat mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum mengenai larangan memberi uang kepada pengemis dengan sanksi denda maksimal Rp25 juta bagi yang melanggar.

Namun apa pun yang disikapi pemerintah DKI Jakarta, tidak membuat manusia gerobak gentar. Mereka tetap nyaman menjalani profesi ini meski seringkali diamankan Satpol PP. 

Dilansir dari tirto.id, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, mengimbau masyarakat tak memberi uang kepada manusia gerobak. Alasannya karena pemberian itu justru bisa memperkaya mereka secara berlebihan.

"Seminggu mereka dapat Rp15 juta," kata Sandi.

Sandi sejatinya hanya mengulang apa yang telah dikatakan pejabat-pejabat Pemprov DKI sebelumnya. Basuki Tjahaja Purnama, saat masih menjadi gubernur DKI Jakarta pernah mengatakan manusia gerobak itu penipu. Ia juga sempat mengatakan bahwa manusia gerobak cuma pura-pura miskin.