info-publik

Efek Disinformasi dan Hoax

Oleh: Nugroho Editor: Nugroho 10 May 2020 - 11:33 kbrn-pusat
Disinformasi dan hoax tentang virus korona telah mengakibatkan kerugian sejumlah negara di dunia, selain di China  dan Indonesia. Sejumlah restoran di Vietnam memasang tanda “No Chinese". Di Jepang  hastag#ChineseDon’tComeToJapan jadi trending topic (tirto.id, 4/4/2020). Warga China mendapat perlakuan diskriminatif. Disinformasi dan hoax telah merusak relasi antar bangsa. 

Di China,  sejumlah warga melemparkan kucing dan anjing dari apartemen karena termakan kabar bahwa kucing dan anjing menularkan virus korona (The Sun, 31/1/2020). Berita bohong telah mengubah perilaku pecinta binatang menjadi pembunuh binatang.  

Warga negara Indonesia yang baru saja dievakuasi dari Wuhan  mendapat penolakan di Natuna dengan alasan keterlambatan informasi dari pusat. Namun Bupati Abdul Hamid Rizal mengatakan masyarakat sudah tidak lagi menolak karantina WNI dari Wuhan karena warga sudah mengerti kondisi yang ada (liputan6.com,4/2/2020). Keterbelakangan informasi menimbulkan kecemasan dan melahirkan keretakan persaudaraan sebangsa setanah air.

Itulah efek disinformasi dan hoax perihal virus korona. Virus ini memang telah mengakibatkan ratusan orang meninggal di China dan kerugian ekonomi teruama di China maupun di berbagai belahan dunia.

Senin 3 Februari Menteri Komunikasi dan Informatika menemukan 54 disinformasi dan hoax seputar virus ini. Menteri mengatakan tidak segan melakukan blokir dan mendorong penegak hukum mengambil langkah tegas. Di Thailand, menteri ekonomi digital Buddhipongse Punnakanta mengatakan pemerintah telah menangkap pria dan wanita yang didakwa melanggar tindak kejahatan komputer. Mereka tercancam dipenjara hingga lima tahun (msn.com, 31/1/2020).

Tanpa tindakan tegas, disinformasi dan hoax akan mengacaukan bangsa ini. Dan ini bukan yang pertama ataupun terakhir. Di manakah kecerdasan dan kearifan warga Indonesia? Terima kasih.


Oleh Lukas Ispandriarno