KBRN,Semarang: Menyemprotkan parfum setelah berolahraga atau ketika akan bertemu dengan klien mungkin sudah menjadi kebiasaan yang kita lakukan setiap hari. Parfum saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan dan sebagai alat penunjang untuk meningkatkan tingkat kepercayaan diri seseorang.
Dilansir dari perfumesociety.org, pada masa lampau parfum merupakan salah satu lambang yang memperlihatkan kekayaan seseorang, bahkan pada masa mesopotamia parfum merupakan sarana ritual untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan.
Parfum dalam bentuk cair seperti saat ini mulai dikenalkan pada jaman Yunani kuno. Proses pengekstrakan parfum dari bahan bahan alami menjadi cairan ini tidak terlepas dari perkembangan teknik penyulingan yang dikembangkan oleh bangsa Arab.
Adalah seorang Ahli Kimia bernama Al Kindi yang pada abad ke 9 Menulis buku berjudul Book of the Chemistry of Perfume and Distillations. Buku ini berisi lebih dari 100 resep minyak wangi, salep, dan obat, dia juga menulis 107 paparan metode dan resep pembuatan parfum beserta dengan alat alat yang diperlukan untuk membuatnya.
Kemudian pada abad ke 10 seorang ahli pengobatan yang sangat terkenal ibnu sina, mulai mengenalkan parfum untuk metode pengobatan atau yang saat ini kita kenal dengan minyak essential. Ibnu sina juga lah yang mengenalkan teknik penyulingan sehingga bahan bahan alami bisa digunakan sebagai aromaterapi seperti sekarang ini.
Pada abad 19 paradigma parfum dari bahan alami berubah seiring ditemukannya proses kimiawi. Penambahan bahan seperti alkohol mulai dilakukan agar parfum bisa lebih dijangkau oleh masyarakat dan bisa bertahan lebih lama.