teknologi

ISED : Perkembangan Industri Digital Indonesia Terkendala Layanan Jaringan Internet

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Lembaga peneliti Institute of Social Economic and Digital (ISED) menyatakan daya saing industri digital Indonesia hingga saat ini cenderung masih lemah. Berdasarkan indeks World Digital Competitiveness Asia Pasific, rangking Indonesia hingga saat ini masih berada di peringkat 56.

Dengan demikian maka capaian peringkat Indonesia ini kalah jauh jika dibandingkan dengan perinkat Singapura yang menempati urutan kedua. Sedangkan Hongkong hingha saat ini masih menduduki urutan kesebelas.

Dewan Pakar ISED, Dianta Sebayang kepada wartawan di Jakarta mengatakan pemerintah harus memaksimalkan berbagai upaya agar peringkat daya saing industri digital membaik.

Menurutnya perkembangan teknologi sudah tidak dapat dihindari. Bahkan kini bermunculan startup - startup diberbagai wilayah sehingga potensi industri ini terhadap pertumbuhan ekonomi akan semakin besar.

Dianta menjelaskan perkembangan bisnis digital masih terfokus di Jawa. Sementara di wilayah lain perkembangannya tidak sepesat di Jawa. Tercatat DKI Jakarta menjadi tempat paling subur bagi pertumbuhan bisnis digital yang mencapai 52,62 persen.

Selanjutnya Jawa Tengah sebesar 3,02 persen dan DI Yogyakarta mencapai 5,44. Hal ini tidak lepas karena sarana infrastruktur digital yang disediakan oleh pemerintah atau swasta lebih masif di Jawa.

“Bicara soal industri e-commerce atau digital itu memang harus ada layanan (sinyal) 4G kalau 3G nggak masuk, di Jawa ini infrastruktur digital berkembang baik, kalau di daerah di pelosok-pelosok sinyal ilang, untungnya ada Telkomsel yang bisa sedikit menolong," kata Dianta dalam Workshop Start Up dan Bisnis Digital ISED di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2020).

Dianta menilai upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur telekomunikasi hingga ke daerah sebenarnya sudah cukup baik. Salah satunya karena adanya  proyek Palapa Ring untuk Indonesia Timur. 

Namun meskipun demikian Dianta berharap akselerasi pembangunan perlu dilakukan agar masyarakat di pelosok bisa segera menikmati layanan teknologi.

Dianta melihat potensi ekonomi daerah sebenarnya cukup menjanjikan. Namun produk-produk tersebut sulit terjual karena media promosi khususnya melalui digital lantaran jaringan atau infrastrukturnya masih terbatas.

Sementara itu hingga saat ini ISED mencatat jumlah smartphone di Indonesia mencapai 355,5 juta unit yang aktif digunakan untuk berselancar di dunia maya.

Jumlah unit smartphone itu melebihi angka populasi penduduk Indonesia yang mencapai 268,2 juta orang. Artinya satu orang dapat menggunakan smartphone lebih dari satu unit.

Sementara itu menurut ISED, jumlah pengguna internet aktif di Indonesia hingga saat ini mencapai sekitar 150 juta orang.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa pasar ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Oleh sebab itu perlu kebijakan proaktif dari pemerintah untuk memanfaatkan momentum industri digital sehingga bisa lebih besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Digitalisasi itu bisa mendorong kemandirian ekonomi kita, jadi kita tidak boleh hanya menjadi pasar saja tapi kita harap bisa jadi subjek melalui era ekonomi digital,” tambahnya. 

“Target 1000 startup saya kira realistis tercapai, cuma menurut saya bukan fokus pada kuantitas tapi kualitas sehingga bisa diharapkan bisa menguntungkan dan lebih bisa menyerap angkatan kerja," pungkas Dianta.