info-publik

Pers Indonesia di Era Post Truth

Oleh: Vinta Editor: Mosita Dwi Septiasputri 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta: Forum pendengar kolom bicara yang saya hormati, tanggal 9 Februari lalu insan pers Indonesia merayakan hari pers nasional. Momen perayaan selalu menjadi momen yang tepat untuk self-reflection, refleksi diri apakah fungsi-fungsi.

Pers sebagai institusi sosial dalam masyarakat telah terpenuhi atau tidak. Mendiskusikan mengenai peran pers Indonesia dalam jagat digital yang sedang menjadi primadona tentu tidak mudah, namun apapun bentuk medium tampilannya sebenarnya prinsip-prinsip luhur jurnalisme perlu terus dihadirkan dalam berbagai konstruksi realitas berbasis fakta. 

Selain menyajikan fakta-fakta dan dinamika nadi dalam kehidupan bermasyarakat, pers seharusnya memiliki kemampuan dalam mengajak masyarakat melakukan antisipasi pada hal-hal yang masih belum terjadi namun kemungkinan besar cepat atau lambat akan terjadi. 

Pers sebagai institusi sosial juga memiliki tanggung jawab besar untuk melakukan fungsi monitoring dan melakukan kontrol agar banyak harapan-harapan masyarakat akan dapat diperhitungkan pencapaiannya. 

Perslah yang akan menjaga gerak dan roda masyarakat sesuai dengan harapan dan impian yang dicita-citakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Melihat makin pentingnya peran pers dalam kehidupan masyarakat maka sangat penting kiranya untuk tetap menjaga roh spirit pers yang ideal dalam menjalankan peran observasi masyarakat. Pers harus tetap dijaga kualitasnya melalui atmosfer yang sehat sehingga akan tetap terjamin bahwa ia jernih memotret fakta dan realitas. 
Atmosfer ekosistem yang kuat sangatlah penting agar pers tetap menjadi asset kekayaan masyarakat yang dapat dibanggakan dan mampu berkontribusi secara lebih kuat. Lingkungan yang sehat akan menjadikan pers tetap terhormat dan berwibawa.

Pers harus didukung oleh wartawan yang smart dan cerdas, tidak bisa dibayangkan tanpa syarat ini terpenuhi, maka wartawan/Pers justru akan menjerumuskan masyarakat dalam kualitas informasi yang buruk dan tidak akan menyumbang apa-apa dalam mengembangkan perubahan-perubahan sistem yang optimal. Wartawanlah yang bertanggungjawab untuk menciptakan wacana dan diskursus-diskursus yang melahirkan perspektif baru. 

Pembingkaian pemberitaan tidak jatuh pada logika sederhana yang menyederhanakan permasalahan sebagai isu hitam dan putih, salah dan benar. Sekaligus ia tidak terlalu gegabah dan genit mengikuti logika-logika “common sense” yang beredar. Di era post truth justru kemampuan jurnalis ditantang dalam mengekspresikan perspektif yang spesifik dan mendekati potret jujur sebuah fakta ataupun realitas. 

Kebenaran mungkin akan semakin “absurd” di era seperti ini, namun sebuah proses yang penuh kehatia-hatian dan terukur dalam mengkonstruksi realitas akan menghasilkan perspektif yang pasti akan berbeda dan dapat dipertanggungjawabkan. Di era inilah justru proses pencerahan semakin dituntut melalui proses yang juga semakin akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Hiruk pikuknya statemen di media sosial juga dapat menjadi pintu masuk narasi yang berkembang luas dan wartawan melalui publikasi dapat memberikan warna terkait apa yang sedang terjadi dan bagaimana
posisi rasional yang seharusnya dipilih. Komunikasi selalu ada dalam range – skala tertentu dengan variasi yang beragam. Pers dapat memiliki pilihan kontingensi yang spesifik dalam landscape problem yang tertentu.

Selamat Hari Pers Nasional Indonesia. Terima kasih atas perhatiannya, semoga bermanfaat dan sampai jumpa.

Naskah disusun oleh : Prof. Dr.phil Hermin Indah Wahyuni, M.si (Foto: istimewa)