Kesehatan

Peran Bidan dan Nutrisionis Dalam Cegah Stunting

Oleh: Dwi Ary Martani Editor: Ciptati Handayani 30 Jun 2024 - 21:08 Surakarta

KBRN,Surakarta : Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang dapat menghambat pertumbuhan anak dan mempengaruhi kemampuan emosional, sosial dan fisiknya. Stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang dapat dicegah melalui perbaikan gizi, pola asuh anak, dan akses terhadap sanitasi dan air bersih.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakar, Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Agustin Sri Sumiwi Y, SST, M.Kes dalam siaran Dialog Pagi Pro1 RRI Surakarta, Jumat 28 Juni 2024, dengan topik "Peran Bidan dan Nutrisionis Dalam Cegah Stunting. 

“Kenapa terkena stunting ,ya karena kurang gizi secara kronis ,jangka panjang,bisa juga karena pola suh,kurang pengetahuan dan lain sebagainya” kata Agustin.

Agustin menjelaskan dari data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 angka stunting di Kabupaten Sragen meningkat dari 18,8% ditahun 2021 menjadi 24,3% di tahun 2022 (naik 5,5%). Sementara angka stunting Nasional turun dari 24,4% menjadi 21,6% (turun 2,8%) dan Jawa Tengah dari 20,9% menjadi 20% (turun 0,1%). 

Dengan demikian, angka stunting di Kabupaten Sragen jauh diatas angka stunting Nasional dan Jawa Tengah. Untuk menyikapi permasalahan tersebut Pemerintah Kabupaten Sragen melakukan percepatan penurunan stunting salah satunya dengan mengadakan kegiatan Rembug Stunting yang dilakukan oleh Tim Perepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Disebutkan, TPPS yang diketuai oleh Wakil Bupati Sragen melakukan konsolidasi dengan semua anggota TPPS sampai ke tingkat desa melibatkan semua Bidan Desa yang ada di Sragen dan para Kader Posyandu. 

“Sasaran yang paling utama dan concern yang kita lakukan dalam upaya penurunan stunting adalah pencegahan karena pencegahan itu penting. Bidan Desa  mengintervensi sejak remaja putri diberikan tablet tambah darah (TTD), pemberian edukasi supaya tidak nikah muda, ada program Jo Kawin Bocah, pola hidup sehat, reproduksi yang sehat dan masih banyak lagi. Sehingga tidak menghasilkan keturunan atau generasi yang stunting”, jelasnya.

Ia mengungkapkan permasalahan stunting begitu kompleks selain masalah kesehatan, ada faktor lain yang mempengaruhi seperti masalah ekonomi, kesehatan lingkungan, serta kebijakan perlindungan terhadap anak dan pemberdayaan perempuan. 

“Untuk masalah ekonomi dampaknya adalah kurangnya pemberian asupan protein hewani. Dengan perbaikan kondisi ekonomi, pemahaman pola asuh diharapkan nanti ekonomi dapat berkembang dan mendukung pemberian protein yang cukup kepada remaja, ibu hamil dan juga anak-anak.” kata Agustin.

Agustin juga menambahkan, bahwa stunting ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja melainkan menjadi tanggungjawab bersama, sehingga dibutuhkan kepedulian dan kesadaran agar bisa memenuhi target nasional dibawah angka 14%target ditahun 2024 ini. Ia berpesan untuk memperhatikan 1000 HPK bagi ibu hamil,pemberian ASI eksklusif dilanjutkan pemberian makanan pendamping asi. 

“Cegah stunting itu penting, ini harus terus digaungkan”, tandasnya. 

(Wiwik Martani)