wisata

Ratusan Penari Rejang Kesari Pada Perayaan 54 Tahun Desa Pancasari

Oleh: Santi Mulyawati Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Singaraja : Bertepatan dengan Umanis Dungulan, sehari setelah Hari Raya Galungan, Kamis (20/2/2020) sore di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Buleleng, nampak jalan menuju Dusun Dasong dari Pasar Pancasari dipenuhi oleh warga setempat.

Mereka berkumpul untuk menyaksikan acara perayaan 54 tahun pergantian nama Benyahe menjadi Pancasari. Desa yang kini subur makmur dengan pemandangan Danau Buyan yang menawan, sebelumnya bernama Benyahe yang diubah namanya menjadi Pancasari pada tanggal 20 Februari 1966.

Perayaan HUT ke-54 Desa Pancasari, diawali dengan mementaskan tari sangkral Sang Hyang Penyalin (Rotan.red) yang merupakan tarian sakral khas Desa Pancasari. Tarian ini dipercaya sebagai persembahan kepada Dewa-Dewi dan nyomia (menetralisir) Butha kala. Pementasan Sang Hyang Penyalin, mengawali acara perayaan dengan berkeliling kesegala penjuru tempat acara, bertujuan untuk membersihkan tempat acara secara niskala.

Setelah pementasan Tari Sang Hyang Penyalin, dilanjutkan dengan penampilan Rejang Kesari yang ditarikan oleh 401 orang ibu-ibu dan remaja putri. Para penari berbusana kuning dengan selendang putih serta rambut bersanggul dihiasi tangkai padi, berderet di jalan menuju Dusun Dasong sepanjang lima ratus meter. Walau sempat diguyur hujan para penari dengan semangat terus menarikan Rejang Kesari.

Ketua panitia perayaan HUT ke-54 Desa Pancasari, Gede Supala mengatakan, perayaan ini merupakan bagian dari cara masyarakat desa setempat untuk mengingat sejarah pergantian nama Benyahe menjadi Pancasari. 

“Ini merupakan perayaan ke 54 tahun, pergantian nama Benyahe menjadi Pancasari, bukan berati desa kami baru berumur 54 tahun. Dari sejarah yang disampaikan oleh para tetua kami, desa ini sudah ada sejak abad kesebelas”, tutur Supala.

Gede Supala menambahkan, dipentaskannya Sang Hyang Penyalin pada perayaan kali ini, karena tari ini merupakan tarian sakral yang dipercaya sebagai sarana pembersihan secara skala dan niskala dan akan membawa berkah bagi masyarakat Desa Pancasari.

Hujan sempat mengguyur lokasi acara perayaan yang digelar tepat di depan kantor Kepala Desa Pancasari, namum masyarakat tetap bertahan untuk bersuka cita merayakan hari yang penuh sejarah tersebut. Kepala Desa Pancasari, Wayan Darsana mengatakan, guna memeriahkan peringatan pergantian nama Benyahe menjadi Pancasari, tahun depan pihaknya akan melibatkan lebih banyak masyarakat dirangkaikan dengan Upacara Mendak Amerta Sari.

“Tahun depan kami akan melakukan perayaan yang lebih meriah, dengan menggelar Upacara Mendak Amerta Sari. Upacara ini merupakan janji yang diucapkan oleh perbekel pertama Bapak Wayan Widia. Jika di Desa Pancasari sudah tidak lagi terjadi bencana, maka akan menggelar upacara mendak amerta sari di Pura Pucak Sari,” ungkapnya.