info-publik

Didi Hadian 25 Tahun Mengabdi untuk Masjid Istiqlal

Oleh: Bara ilyasa Editor: Afrizal Aziz 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta: Didi Hadian pemandu wisata Masjid Istiqlal yang kini sudah menyentuh umur 45 tahun begitu semangat menjelaskan wisatawan asing yang ingin mengetahui masjid terbesar se-Asia Tenggara.

Didi sebelum menjadi pemandu wisata atau staf protokoler, dirinya hanya sebagai tukang bersih-bersih di Masjid Istiqlal pada tahun 1994.

Awal mulanya Didi bekerja di Masjid Istiqal karena diajak oleh saudaranya yang bekerja sebagai Muadzin. Tanpa pikir dua kali, pria yang berasal dari Sukabumi itu langsung mengiyakan ajakan saudaranya tersebut.

"Saya sudah 25 tahun mas, sejak SMA (Sekolah Menengah Atas), di kampung (Sukabumi) orang tua saya tidak mampu secara ekonomi oleh karena itu Uwa (Kakak saudara dari orang tua) mengajak kesini (Masjid Istiqlal) kebetulan Uwa saya itu Muazdin pertama disini (Masjid Istiqlal)," kata Didi saat di temui RRI di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (22/2/2020).

Didi menceritakan saat dirinya pertama kali menginjak tanah ibu kota DKI Jakarta. Dirinya, saat masih muda bercita-cita ingin menjadi sarjana. 

Namun, karena keterbatasan ekonomi dirinya harus berjuang lebih keras menjadi tukang bersih-bersih di Masjid Istiqlal. "Saat itu ada penghasilan, jadi bisa disisihkan supaya bisa lanjut ke sarjana," jelasnya. Berkat perjuangan yang keras, Didi kini dapat meraih gelar sarjananya tersebut. 

Didi juga menceritakan menjadi pemandu wisata harus mengedepankan sikap ramah. Sebab, kata Didi, dirinya meski hanya pemandu wisata membawa nama negara dan agama. Jika tidak ramah terhadap wisatawan asing akan mencoreng Indonesia dan Islam.

Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Masjid Istiqlal, Didi menjelaskan bisa mencapai 200 hingga 300 orang perhari.

"Harus selalu ramah mas, saya ini kan gerbang terdepan ya di Masjid Istiqlal, kalau saya tidak ramah wisatawan asing akan menilai jelek ke kita apalagi ini Masjid tempat ibadah ummat Islam," paparnya.

Didi juga menegaskan ada saja wisatawan asing yang melanggar aturan-aturan Masjid Istiqlal. Namun, lagi-lagi dirinya harus menyelesaikan secara persuasif agar tidak ada yang tesinggung.

Didi menjelaskan aturan-aturan tersebut adalah harus menggunakan yang menutupi aurat dan tidak boleh berjalan didepan yang sedang melakukan ibadah sholat. 

Untuk itu, Masjid Istiqlal menyediakan baju gamis dan sarung bagi wisatawan asing yang tidak menutup auratnya.

"Harus persuasif sekali mas, jika masih ada yang ngeyel kita terpaksa untuk diminta keluar secara baik-baik," kata Didi.

Didi berharap yang saat ini dirinya sudah menjadi karyawan tetap Masjid Istiqlal nilai-nilai toleransi dapat tersampaikan kepada wisatawan asing.

"Saya bangga dan senang sudah 25 tahun bekerja disini, berharap agar nilai-nilai toleransi yang ada Indonesia tersampaikan kepada wisatawan asing," harapnya.