info-publik

Pendidikan Kontekstual tentang Sungai di Indonesia

Oleh: Vinta Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta :Kita dikejutkan berita duka dari dunia pendidikan. Hal ini terkait dengan meninggalnya 10 siswa yang terseret arus dalam kegiatan Pramuka menyusur
Sungai Sempor. 

Ratusan siswa lain sempat terbawa arus dan luka-luka. Peristiwa ini menunjukkan sistem pendidikan kontektual kita yang sangat minim. Indonesia memiliki paling tidak 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai.
Tercatat ada 38 sungai di Indonesia yang telah mengakibatkan hilangnya nyawa pelajar Indonesia pada tahun 2019 sampai 2020. 

Para pelajar menjadi korban baik karena tugas dari sekolah, jembatan rusak, berenang, terpeleset sampai dimakan buaya.
Pendidikan untuk Survival atau keselamat diri siswa Indonesia masih terbatas.

Itikad pendidik untuk mengajar menyusur sungai ternyata tidak dilengkapi pengetahuan, fasilitas dan personel yang cakap tentang sungai. Hal dasar seperti prosedural keselamatan, bagaimana mengenali sungai yang sakit, flotasi atau life jacket, pakaian standar pun ternyata tak dipahami.

Menyeberangi sungai minimal harus diperhitungkan siapa saja yang ikut
menyeberang, ada apa saja di air, kecepatan gerak air, perubahan ketinggian
air, volume air dan jarak sungai.

Pendidikan mengenai survival di alam Indonesia lebih banyak bersifat non
formal atau informal, dilakukan oleh organisasi pecinta alam, bukan oleh
Negara. Banyak kegiatan alam diduga diselenggarakan hanya berdasar kecintaan pada alam, pengalaman atau usaha mencari nafkah. Usaha ini baik, namun perlu mendapat pengawasan dari negara tentang standar keselamatan dan keamanannya.

Pendidikan survival adalah bagian dari Ketahanan Bangsa, ini menyangkut hak
dan kewajiban setiap WNI untuk membela negara, selain menyangkut keselamatan fisik, psikis, sosial dan lingkungan pelajar Indonesia. Pengetahuan
tentang alam, daya tahan alat, jenis dan perilaku hewan, gejala alam maupun mitigasi bencana terbatas, bahkan hanya dianggap kegiatan hobby atau peminatan.

Padahal masalah kita bukan hanya sungai yang sakit, kita kerap berhadapan dengan banjir, gempa, letusan gunung berapi atau aneka wabah penyakit. Pendidikan seharusnya membumikan pelajar dengan konteks ke-Indonesia-an, yang tak sebatas ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga kekayaan dan resiko alamnya.

38 Sungai yang memakan korban jiwa pelajar Indonesia: Sungai Tinggang, Brontok, Pucak, Pucang, Ngadirojo, Jenggot, Muhajirin, Jebeng, Cikarang, Lubai, Kelingi, Nou, Krukuk, Burut, Sipansihaporas, Gajeboh, Bengawan Solo, Batukali, Selan, Cimanceuri, Kramat Agis, Nokan, Gempong Neuheun, Padang
Indarung, Ketahun, Ciujung, Embung, Kolono, Leui Asin, Lebak, Yeh Panahan, Luas, Cilutung, Pincang, Karangmalang dan Sempor.

Disusun Oleh : Ester Jusuf, S.H., M.Si (Foto:istimewa)