olahraga

Duet Maut Tenis Meja Rossy Pratiwi dan Ling Ling Agustin, Dukung Pembekuan PTMSI

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

BACA JUGA: Tujuh Tahun Polemik Tak Berujung PTMSI, Semua Atlet Senior Usulkan Pembekuan

Dengan trialisme pimpinan PTMSI saat ini, Rossy menilai kepengurusan adalah salah satu penyebab menurunnya prestasi tenis meja Indonesia. Walaupun ada juga dari aturan pembatasan usia dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) yang ditentang Rossy, namun sisi kepengurusan yang tidak memihak atlet menjadi highlight buat Rossy.

"Ayo jangan begini. Pengurus bersama-sama harus mejukan kembali tenis meja Indonesia. Tiga Ketua Umum harus legowo, ini demi harkat dan martabat Indonesia," ujar Rossy.

Pada bagian lain, dalam wawancara Dinamika Olahraga RRI kemarin, ternyata menyimak seseorang dari Tangerang, yang ternyata adalah salah satu rekan Rossy saat membela Merah Putih di era 90-an, yakni Ling Ling Agustin. Mantan petenis meja putri Indonesia yang tampil di Olimpiade Barcelona 1992 tersebut akhirnya masuk sebagai penelepon dan langsung merilis semua unek-uneknya.

Menyikapi perpecahan di tubuh PTMSI selama ini, Ling Ling tak mau banyak usulan atau apapun selain meminta pembubaran atau pembekuan pengurus PTMSI yang sekarang untuk kemudian dibereskan oleh negara, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.

"Jujur temen-temen kenal saya, saya salah satu atlet olimpiade 1992, dengan mbak Rossy dan Yon. Jadi saya kasih masukan, kita mau ngomong apa aja, intinya satu, bekukan saja (PTMSI), selesai itu, gak ada yang lain itu. Saya rasa ketegasan itu harus benar-benar bersatu padu
antara Kemenpora, KOI, dan KONI, bersatu bekukan saja (PTMSI)," kata Ling Ling kepada RRI dan semua rekan-rekan seperjuangannya dulu yang berkumpul di Studio PRO3.

"Sampaikan kepada ITTF (International Table Tennis Federation), beginilah keadaan Indonesia. Ini sudah berlarut-larut. Ini adalah efek dari pembiaran yang dampaknya ke semua lini," sambungnya.

BACA JUGA: Yon Mardiono : Curhat, Geram dan Gemas dengan Keadaan PTMSI

Ling Ling mengutarakan juga betapa ia bingung selama tujuh tahun polemik dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian, hingga akhirnya berdampak pada para atlet, baik itu senior, junior, bahkan hingga pembibitan atlet tenis meja Indonesia. 

"Saya gak tahu ini koq berlarut-larut? Inilah efek dari pembiaran. Dampaknya ke semua lini. Dan mereka yang berada di kepengurusan 80 persen memang numpang hidup saja ini (di organisasi). Saya monitor terus, kenapa Sea Games tidak dimainkan? Seharusnya itu sudah dijadikan alat pemikiran negara, bahwa Indonesia kans medali emas bisa dapat dua di Sea Games Manila kemarin," ujar Ling Ling.

"Tolong kasih pencerahan buat semua pecinta tenis meja juga kenapa sampai PON tidak ada tenis meja. Ini saya ngenes banget lihat nasib tenis meja, kami mantan atlet sedih, kenapa cabang olahraga kita seolah diinjak-injak begini sih?" tandas Ling Ling geram.

Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechabubakar

Lahir di Bandung, 28 Juni 1972 dari pasangan Ali Umar Syechabubakar dan Neni Nurlaeni, Rossy menggandrungi tenis meja sedari kanak-kanak. 
“Sejak kelas II SD sudah kenal tenis meja dari ayah sendiri. Beliau kebetulan hobi dan kita punya meja pingpong di depan rumah. Dulunya saya atlet kampung,” kata Rossy kepada historia.

Dari arena tarkam (antar kampung), ternyata nasib Rossy mulai menemui titik terang ketika bertemu legenda tenis meja putri Indonesia Diana Wuisan. Ia pun diajak bergabung ke klub PTM Sanjaya Gudang Garam di Kediri.

Rossy pun mulai menanjak, dari junior, ia lantas mulai menapak tangga panas ke jenjang senior dengan semua kemampuan komplet yang dimilikinya. Sepanjang kariernya hingga 2008, Rossy pernah mewakili Jawa Timur, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Lampung, dan Sumatera Selatan untuk ajang Pekan Olahraga Nasional (PON). 

“Sudah nggak ingat berapa medali yang saya dapat sepanjang PON itu,” kata ibu empat putri itu.

BACA JUGA: Konsultan Hukum Tenis Meja : PTMSI Butuh Campur Tangan Presiden dan Menpora

Karir Internasional Rossy sangat mentereng. Debut Rossy terjadi ketika usianya baru 15 tahun, di ajang SEA Games 1987 Jakarta. Di sini ia berhasil menyumbang dua medali emas dari nomor tunggal putri dan ganda campuran. Ditambah dua perak dari nomor beregu putri dan ganda putri. Untuk Sea Games 1989, Rossy kembali membawa pulang dua medali emas, satu perak dan satu perunggu.

Pada Sea Games 1991 Filipina, Rossy kembali meraih dua emas dan sekeping perak. Sepertinya menjadi spesialisasi dua emas saja, begitu penilaian miring beberapa insan kala itu. Dan Rossy menjawab itu di Sea Games 1993 Singapura. Di sini ia menyandang gelar 'Ratu Pingpong' Asia Tenggara setelah menyapu bersih medali emas di empat nomor yang diikutinya. Total tim tenis meja Indonesia sapu bersih tujuh medali emas.

Rossy berulangkali membawa tim putri Indonesia masuk 10 besar Kejuaraan Asia. Di Kejuaraan Dunia, tim putri Indonesia semasa Rossy selalu menempati divisi 2 bahkan pernah divisi 1. Rossy dua kali menjadi wakil Indonesia di ajang bergengsi Olimpiade Barcelona 1992 dan Atlanta 1996. Dan setelah berkelana cukup lama, Rossy akhirnya memutuskan pensiun dari hingar bingar tenis meja pada 2001.

Ling Ling Agustin Minangmojo 

Ling Ling Agustin Minangmojo atau yang lebih dikenal sebagai Ling Ling Agustin atau akrab disapa Ling Ling Minangmojo, kelahiran Bandung, 23 Agustus 1969 merupakan atlet tenis meja Indonesia.

Ling Ling dan Rossy sama-sama ditempa oleh klub PTM Gudang Garam Kediri. Dan orang yang berjasa mengangkat prestasinya juga adalah sama seperti yang menemukan Rossy pertama kali, yakni legenda tenis meja Indonesia, Diana Wuisan.

Karakter Ling Ling yang ceplas ceplos dalam pergaulan sehari-hari membawanya tumbuh jadi pemain tenis meja yang ulet. Dan selain memainkan juga nomor tunggal, untuk pasnagan ganda putri, Ling Ling merupakan rekan semeja pingpong Rossy dalam mengarungi kerasnya persaingan di Asia Tenggara, Asia, hingga Internasional.

Satu yang tak bisa dilupakan adalah bagaimana Ling Ling dan Rossy bahu membahu menyapu bersih 7 (tujuh) medali emas cabang olahraga tenis meja pada Sea Games 1993 Singapura. 

BACA JUGA: Pengamat Tenis Meja : PTMSI Lucu-lucu Ngeri, Harus Segera Dibekukan!

Kejuaraan dunia sudah banyak diarunginya, mulai dari New Delhi India 1987, Dortmund Jerman 1989, Chiba Jepang 1991, Gothenburg Swedia 1993, hingga SEATTA 2003. 

Dan puncak karir Ling Ling adalah ketika ia lolos ke Olimpiade Barcelona Spanyol 1992, kembali bersama rekan satu klubnya, Rossy Pratiwi Dipoyanti.

Untuk arena Pekan Olahraga Nasional (PON), prestasi Ling Ling jangan ditanyakan lagi. Sejak keikutsertaan PON 1985 hingga 2016, Ling Ling mengoleksi lima medali emas, empat perak, dan delapan perunggu.

Sulit mencari pranara kapan Ling Ling Agustin pensiun dari dunia tenis meja. Pantas susah, karena atlet yang satu ini ternyata punya tagar #TidakAdaPensiun. 

"Tidak ada kata pensiun, yang ada hanyalah 'tidak ikut lagi di wilayah atlet Nasional'. Dan kalau Indonesia butuh tenaga dan pikiran serta ilmu saya, akan dengan senang hati saya berikan semua demi Merah Putih," ucap Ling Ling kepada Tabloid Bola pada 2012. (Foto: bukalapak/bolasport/Danang Sundoro-RRI)