sorotan-kampus

Campuran Aspal Beton Ternyata Bisa Kurangi Rubber Deposit Runway Bandara

Oleh: Benny Hermawan Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Surabaya : Terjadinya penumpukan karet atau rubber deposit pada runway di bandara, tentunya bisa menyebabkan ancaman keselamatan bagi para penumpang pesawat. 

Melihat fenomena tersebut, mahasiswa program doktoral Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dari Departemen Teknik Sipil, I Dewa Made Alit Karyawan, melakukan penelitian untuk disertasinya yang dipresentasikan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor, Senin (24/2/2020).

Bertempat di ruang sidang Departemen Teknik Sipil, Dewa mempresentasikan penelitiannya mengenai potensi penggunaan agregat buatan dari limbah batu bara (fly ash) dalam campuran aspal beton untuk mengurangi rubber deposit pada permukaan runway.

“Penggunaan agregat buatan dalam pencampuran aspal beton ini mampu mengurangi rubber deposit atau penumpukan karet pada runaway yang menyebabkan tertutupnya tekstur permukaan runway,” ungkapnya.

Lulusan S1 Universitas Udayana ini menambahkan, adanya rubber deposit membuat lintasan menjadi licin dan menyebabkan pesawat tidak dapat berhenti pada posisi yang diinginkan.

Lelaki asal Mataram ini memaparkan bahwa agregat buatan ini dibuat memakai alat granulator dengan kemiringan 50 derajat dan menerapkan variasi rasio alkali 1:2,5 antara sodrium hidroksida dan sodium silikat.

Kemudian selanjutnya, agregat buatan ini akan diuji dengan menggunakan dua metode pengukuran, yaitu marshall dan wheel track.

Dewa pun juga menjelaskan komposisi terbaik agregat buatan dalam pencampuran aspal beton yang ia teliti. “Campuran aspal beton pada penelitian ini memiliki komposisi 25 persen agregat buatan dan 75 persen agregat alami,” jelasnya. 

Dalam presentasinya, ia mengungkapkan bahwa dengan komposisi campuran tersebut dapat menghasilkan pori yang cukup besar untuk menampung gerusan dari roda pesawat.

Dewa pun mengakui bahwa agregat buatan lebih mahal dari agregat natural karena material pembentuknya lebih mahal. Oleh sebab itu, lelaki yang pernah menempuh pendidikan S2 di Universitas Brawijaya, Malang ini mengatakan jika riset ini belum berhenti sampai di sini. 

“Ke depannya saya ingin melanjutkan penelitian ini, selain itu pula riset ini masih dalam skala laboratorium dengan kondisi yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan,” terangnya.