info-publik

Kisah Hidup Pak Gito, Si Penambal Ban Online

Oleh: Mulato Isha'an Editor: Syarif Hasan Salampessy 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN,Surakarta:  Delapan belas tahun lamanya, Sugito warga Pajang Laweyan menekuni profesinya sebagai tukang tambal ban. Berapapun hasil yang Ia dapatkan, selalu dia syukuri.

Namun seiring dengan perkembangan jaman yang serba online, pria 50 tahun ini pun tidak mau ketinggalan untuk terus berkutat pada tambal ban konvensional.  Ia pun akhirnya mengubah cara pandang dan cara kerjanya dengan menjadi penambal ban online.

“Tambal ban konvensional saya tinggalkan. Kira-kira sejak tiga tahun ini dan beralih jadi tambal ban ke sistim online atau panggilan,” ungkap ayah beranak dua ini kepada RRI saat dijumpai di wilayah Gilingan Solo, Senin (24/2/2020).

Bermodal sebuah motor Kawasaki berkapasitas 135 CC ia tumpangi beronjong yang berisi kompressor, peralatan tambal ban press maupun tubles. Ban ban bekas sebagai cadangan pun ia bawa dimotornya.

Di bagian belakang motor pun terdapat papan nama “Tambal Ban Panggilan Pak Gito”. Melayani tambal ban motor/mobil,  khusus dan tubles. WA 0853 2977 0748. Mulai pukul 07.00 sampai sekuatnya. 

Pak Gito sapaan akrabnya, mengaku setelah melakukan sistim kerja tambal ban online ini, mampu merajut hubungan perkenalan yang lebih banyak dengan masyarakat. Kondisi ini juga menambah income usahanya.

“Kalau dari konvensional sama yang ini besaran yang ini, karena kalau begini kan online itu saya buka akses untuk orang banyak, jadi siapa saja bisa melihat saya. Jadi isitilahnya saya bisa membuat jaringan lebih luas, kalau yang konvensional yang terbantu hanya di sekitar itu saja, tapi kalau online bisa lebih luas lagi,” beber Gito.

Sugito yang masih menyekolahkan kedua anaknya di jenjang SD dan SMP ini mengaku tidak mempunyai pekerjaan sampingan, selain sebagai pekerja tambal ban online. Dengan ongkos Rp 10 ribu sampai dengan Rp 15 ribu untuk panggilan jarak dekat dan 20 ribu untuk jarak jauh, Sugito mampu meraup hasil Rp 100 ribu sampai dengan Rp 150 ribu setiap harinya.

“Berapapun hasilnya disukuri  mas. Pertama niat saya itu memang ingin membantu orang lain. Betapa susahnya kalau pengendara bermotor, bannya bocor, sambil bawa barang atau gendong anak, malam malam lagi,” ungkapnya.

Terkadang Ia pun mendapatkan ongkos tambahan atau tip karena pelanggannya merasa tertolong dan senang dengan pelayanan tambal bannya. Namun terkadap saat apes ia juga malah kena PHP (Pengharapan Palsu) karena yang memanggilnya ternyata sudah tidak ada ditempat atau menambal dengan orang lain.

“Kena tipu juga pernah tidak dibayar. Bayaran kurang juga pernah. Tapi ya PHP itu biasa mungkin dia buru-buru akhirnya gak sabar nunggu saya,” tambahnya.

Sugito pun mengaku bersyukur dengan tambahan incomenya setelah mengubah sistem cara kerjanya dengan menjadi seorang penambal ban online. Niat iklas untuk menolong itupun terbayarkan dengan banyaknya order setiap hari dari Kota Solo sampai luar kota.

“Saya juga menginspirasi teman-teman saya untuk ikut buka tambal onlien. Tapi ya itu belum semuanya iklas dan sabar,” tuturnya.