Features

Rangkiang, Ketahanan Pangan dan Sosial di Minangkabau

Oleh: Hathwarman M. Daud Editor: Dodik Setyo 01 Jul 2024 - 15:31 Padang

KBRN, Padang : Pada setiap halaman rumah gadang terdapat bangunan yang bentuknya seperti rumah gadang tapi dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Bangunan ini hanya punya satu ruang persegi empat berbentuk trapesium terbalik. Atapnya berbentuk gonjong (seperti tanduk kerbau) yang terbuat dari ijuk. Lantainya ditinggikan dari permukaan tanah layaknya sebuah rumah panggung. Pada salah satu dinding  singkok (singkap), yaitu bagian segi tiga lotengnya, terdapat bukaan kecil berbentuk empat persegi sebagai pintu tempat memasukkan padi hasil panen. Untuk mencapai bukaan (pintu) itu digunakan tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini dapat dipindahkan dan disimpan bila tidak digunakan. Bangunan ini disebut dengan rangkiang.

Menurut budayawan AA Navis, kata rangkiang berasal dari Ruang Hyang Dewi Sri (DewiPadi)Rangkiang berfungsi sebagai tempat menyimpan padi hasil panen milik kaum, bukan tempat tinggal. Di daerah lain bangunan seperti ini biasa dikenal dengan nama lumbung padi. Tetapi rangkiang di Minangkabau memiliki perbedaan dengan lumbung di daerah lainnya. Perbedaan itu bukan hanya pada bentuk bangunan saja melainkan juga dalam pembagian fungsi.

Kalau lumbung di tempat lain biasanya hanya satu, sementara rangkiang itu terbagi ke dalam empat jenis dengan fungsi dan ukuran yang berbeda. Pertama disebut dengan rangkiang si bayau-bayau. Merupakan rangkiang yang terbesar dari semua rangkiang. Rangkiang ini ditopang oleh enam tiang atau lebih. Rangkiang si bayau–bayau berfungsi sebagai tempat menyimpan sebagian padi dari hasil panen untuk kebutuhan makan sehari-hari penghuni rumah gadang.

Rangkiang yang kedua bernama si tangguang lapa. Si tangguang lapa dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “penanggung kelaparan“ artinya rangkiang si tangguang lapa  ini akan menjamin tidak terjadinya kelaparan karena dalam rangkiang ini disimpan padi cadangan,  yang akan digunakan jika terjadi musim paceklik.

Berikutnya rangkiang si tinjau lauik. Rangkiang yang satu ini  digunakan sebagai penyimpan padi yang akan dijual. Hasilnya untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibuat sendiri oleh orang - orang yang tinggal di rumah gadang .

Kemudian yang terakhir adalah rangkiang kaciak (rangkiang kecil).  Sesuai namanya, rangkiang kaciak memiliki ukuran lebih kecil dan lebih rendah dibandingkan tiga rangkiang yang lain. Rangkiang ini dipakai sebagai tempat penyimpan padi yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya. Benih yang disimpan di rangkiang kaciak ini adalah padi–padi pilihan di antara rumpun padi yang dipanen. Padi yang akan dijadikan bibit atau benih untuk masa tanam berikutnya yang disimpan di rangkiang kaciak inilah yang dipanen terlebih dahulu, baru setelah itu disusul memanen padi yang lainnya.

Jika dicermati lebih dalam keberadaan rangkiang dan pengelolaannya, selain  memiliki desain fisik yang mempunyai nilai estetika tinggi akan terlihat sesuatu yang tidak kasat mata berupa kearifan lokal dalam ketahanan pangan dan pola pertanian berkelanjutan serta nial–nilai sosial dan kemanusiaan. Dengan demikian terlihat betapa rangkiang merupakan bagian tak   terpisahkan dari sebuah rumah gadang bahkan dari kehidupan orang Mianangkabau masa lalu. Dan rangkiang bukan hanya sebuah bangunan tempat penyimpanan belaka, melainkan sebuah simbol eksistensi sebuah kaum di Minangkabau  dan pemahaman tentang harmoni kehidupan yang berorientasi pada kebaikan bersama. Bahkan bisa dikatakan rangkiang melambangkan kesejahteraan ekonomi dan jiwa sosial orang Minangkabau.