ekonomi

Dampak Virus Corona, OJK Gulirkan Stimulus Sektor Keuangan

Oleh: Magdalena Editor: Afrizal Aziz 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Otoritas Jasa Keuangan menyiapkan kebijakan stimulus untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional sebagai kebijakan Countercyclical dalam mengantisipasi down-side risk dari penyebaran virus Corona.

Setidaknya, ada tiga  langkah stimulus yang akan dilakukan OJK;

Pertama, relaksasi pengaturan penilaian kualitas asset kredit dengan plafon sampai  dengan Rp 10 milyar, hanya didasarkan pada satu pilar yaitu ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, terhadap kredit yang telah disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona (sejalan dengan sektor yang diberikan insentif oleh Pemerintah).

Kedua, relaksasi pengaturan restrukturisasi kredit yang disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona (sejalan dengan sektor yang diberikan insentif oleh Pemerintah).

Ketiga, relaksasi pengaturan ini akan diberlakukan sampai dengan 1 (satu) tahun setelah ditetapkan, namun dapat diperpanjang bila diperlukan.

“Kebijakan stimulus OJK ini diharapkan bisa memitigasi dampak pelemahan ekonomi global terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam publikasi yang dirilis Kamis (27/2/2020).

Dampak Virus Corona pada perekonomian global, menurut OJK, tidak dapat dikatakan kecil. Salah satu dampak langsung dari perkembangan tersebut adalah ke perekonomian
Tiongkok yang kontribusinya terhadap PDB dunia mencapai 16%, diperkirakan pertumbuhannya akan mencapai level terendah selama 29 tahun terakhir, yang akan berdampak pula pada pertumbuhan perekonomian negara-negara mitra dagangnya.

Ditengah perlambatan ekonomi global, Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK menilai berdasarkan data Januari 2020, stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali.

Selain itu, meskipun tingkat konsumsi masih tumbuh stabil indikator  sektor riil domestik masih menunjukkan tren yang relatif mixed. Minimnya sentimen positif baik perspektif global maupun domestik ikut mempengaruhi kinerja sektor jasa keuangan domestik di pasar saham.

Sampai dengan 21 Februari 2020, pasar saham melemah sebesar 0,97% atau 6,6% (year to date) menjadi 5.882,3. Pelemahan ini disebabkan pada kekhawatiran investor pada virus Corona dan dampaknya pada kinerja emiten di Indonesia.

Sampai dengan 24 Februari 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai Rp14 triliun. Adapun jumlah emiten baru pada periode tersebut sebanyak 9 perusahaan dengan pipeline penawaran sebanyak 53 emiten dengan total indikasi penawaran sebesar Rp21,2 triliun.

Namun, pasar SBN masih menguat dengan yield yang turun sebesar 17,3 basis poin di tengah net sell oleh investor non residen sebesar Rp. 6,8 triliun. Perbankan tercatat menjadi penopang pasar SBN domestik dengan melakukan pembelian sebesar Rp52,4 triliun.

Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan Januari 2020 sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik. Kredit perbankan mencatat pertumbuhan positif sebesar 6,10% yoy, ditopang oleh kredit investasi yang tetap tumbuh double digit di level 10,48% yoy. ()