ekonomi

Mampukah "Angkot" Bertahan Ditengah-tengah Invasi Transportasi Online ?

Oleh: Retno Mandasari Editor: Mosita Dwi Septiasputri 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Seiring dengan perubahan zaman, masuknya era revolusi industri 4.0 yang menuntut penggunaan digital, seakan tidak dapat dielakkan oleh masyarakat global saat ini. Tak terkecuali oleh masyarakat Indonesia. 

Memasuki era revolusi industri 4.0 artinya membuka semakin lebarnya invasi digitalisasi dalam setiap lini kehidupan masyarakat. Kemudahan yang diberikan sebagai dampak dari penggunaan digital, turut berdampak pada sektor transportasi publik. 

Namun, berbagai manfaat yang ada dari pengunaan digital, tampaknya tidak sepenuhnya memberikan dampak positif. Sebut saja pada angkutan umum seperti "angkot" di kota Bandung, Jawa Barat misalnya.

Dimana sejak lima tahun terakhir, transportasi konvensional itu perlahan mulai ditinggalkan oleh para konsumennya. 

Iwan, supir angkot di terminal Ledeng, mengatakan, sejak masuknya transportasi berbasis online menyebabkan jumlah penumpang dan pendapatannya menurun drastis.

"Kalau dulu mah lumayan bagus, kalau sekarang hampir menurun 100 persen. Pendapatannya menurun, kalau dulu hampir Rp 100 ribu, kalau sekarang Rp 40-Rp 50 ribu. Mau dapat lebih dari itu, susah sekarang. Dari pagi sampai jam 10 malem, dapatnya Rp 50 ribu," ujar Iwan ketika ditemui di Terminal Ledeng, Kamis (27/2/2020), Bandung.

Iwan mengharapkan pemerintah memiliki regulasi adil, untuk mengatur operasional transportasi berbasis online.

"Pemerintah itu harus dibatasilah online-online (kendaraan) itu, jangan terlalu yang daftar online siap (diberi izin). Harus dibatasi biar ke angkutan umum enak, ke situ enak (angkutan online)," imbuhnya. 

Namun, eksistensi angkot sebagai angkutan umum konvesional, rupanya masih menjadi pilihan kaum milenial seperti Cahya Ramadhanti. Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini, menyebut, menggunakan angkot merupakan pilihan cocok bagi seorang mahasiswa sepertinya, karena ongkosnya yang relatif murah.

"Ongkosnya memang 3 kali lipat dari rumah saya ke kampus. Naik angkot itu Rp 7 ribu dannaik online bisa sampai 21-23 ribu dan makan biaya buat saya sebagai mahasiswa. Kalau siangnya seperti sekarang lebih pakai angkot, karena lebih fleksibel di biaya dan saya juga lebih luwes aja," terang mahasiswa jurusan Bahasa Perancis ini. 

Invasi transportasi online yang menyebabkan menurunnya jumlah unit angkot yang beroperasional di Terminal Ledeng, tidak dipungkiri oleh Kepala Terminal, Dani Ramdani. Menurut Dani, dari sekitar 200 angkot yang sebelumnya beroperasi di dalam terminal, saat ini tersisa sekitar 70 unit.

"Sekarang menurun dari 70 unit paling sekitar 30 unit masuk ke terminal Ledeng perhari. Penurunannya hampir mungkin dari sebelum angkutan online (masuk) sudah ada penurunan 4-5 tahun kebelakang. Sekarang mungkin masyarakat ingin lebih praktis jadi bisa pakai motor (pribadi) atau enakan pakai yang online," ungkap Dani ketika ditemui di kantornya. 

Dani Ramdani menyebut pada 2017 lalu, para supir di Terminal Ledeng sempat melakukan demo, menyampaikan protes kepada pemerintah terkait masuknya transportasi online di Bandung.

"Mungkin itu kewenangan pusat, itukan dari kementerian perhubungan dan kita dinas perhubungan di daerah cuma melaksanakan saja. Dari 2010 sudah mulai menurun dan dampak drastisnya mungkin karena angkutan online. Banyak mengeluhkan juga (supir), dulu waktu demo. Dampaknya itu soal online (angkutan) itu. Dulu pernah supir (demo) di sini, sekitar Maret 2017. Mereka mengeluhkan masalah online," ucapnya. 

Sementara, melansir Tempo.Co Direktur Angkutan Jalan, Kementerian Perhubungan, Ahmad Yani, menyebut pemerintah tidak memiliki jumlah pasti pengemudi ojek online. Namun, Ahmad Yani memperkirakan jumlah pengemudi ojek online Gojek dan Grab sekitar 2 - 2,5 juta orang. Sedangkan,Organisasi Angkutan Darat (Organda) pada Semester II (2017) merilis akibat bersaing dengan transportasi online, transportasi konvensional mengalami penurunan signifikan hingga 57 persen seperti dilansir Liputan6.com.