peristiwa

Kekerasan Sektarian India, Pembelajaran Besar Untuk Indonesia

Oleh: Cecep Jambak Editor: 10 May 2020 - 11:31 kbrn-pusat

KBRN, Jakarta : Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Yusli Effendi menyebut, sebagai negara multikultural, Indonesia harus banyak belajar dari kekerasan sektarian yang terjadi di New Delhi, India. 

"Yang harus diingat, kita bisa belajar dari India, juga dari Myanmar yang juga terjadi hal yang sama. Mereka menyasar struktural dan regulasi, UU kewarganegaraan di India yang telah memicu protes nasional, khususnya kalangan muslim, juga mengarah ke situ," kata Yusli pada Pro3 RRI Kamis (27/2/2020).

Kata Yusli, negara harus memberikan peluang yang sama bagi semua elemen anak bangsa. Untuk itu negara harus membuatkan aturan dan legalitasnya.

"Ibarat rumah, ini adalah kapal. Semuanya harus naik, apa gunanya kita punya rumah, tapi kita cuma sendirian dan meninggalkan mereka yang kemudian dianggap berbeda atau minoritas. Cara untuk memberikan kesamaan, harus diberikan aturan main yang legaliter, setara, dan juga memberikan kesempatan yang sama. Tidak boleh ada yang dideskriminasi," kataya.

Yusli juga menilai, kerusuhan yang mengakibatkan kekerasan sektarian di New Deli terjadi akibat kemunculan tren global, ultra nasionalisme, fanatifisme. Dimana ada perasaan meluap suatu bangsa dimana harus bersih dari ras di luar bangsa itu sendiri.

"Anehnya sesama pengungsi beragama lain Hindu, Budha, dan Kristen bisa diterima. Dia hanya menyasar khusus Muslim," katanya.

Sebelumya, kerusuhan telah menewaskan sedikitnya 25 orang. Polisi antihuru-hara saat ini tengah berpatroli di jalan-jalan di sejumlah wilayah New Delhi. Pemimpin New Delhi menyerukan diberlakukannya jam malam di ibu kota India itu.

(ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/foc/djo)