peristiwa

Pangkas Menu Makan, Keluarga Ini Berjuang Hadapi Darurat Covid-19

Oleh: Editor: 10 May 2020 - 11:27 kbrn-pusat
KBRN, Jakarta : Menangani penyebaran Corona Virus Disease 2019 atau disingkat COVID-19, pemerintah Indonesia tidak menjalankan lockdown atau pembatasan total, melainkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui strategi social distancing atau physical distancing, atau menjaga jarak sosial antara satu manusia dengan lainnya. Jarak yang sangat direkomendasikan 1-2 meter saat berkegiatan.

Dari kebijakan PSBB, turunannya ke Work From Home (WFH), Belajar di Rumah, dengan satu kepastian bahwa masyarakat bisa menjaga diri dan keluarga untuk tetap di Rumah Saja. Lalu saat berada di rumah, bagaimana masing-masing keluarga memenuhi kebutuhan makannya?

Yuli dan Eddy adalah pasangan suami isteri dengan tiga anak yang tinggal di kelurahan Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara. Yuli adalah seorang guru honorer, sedangkan Eddy merupakan mitra moda transportasi online. 

Dengan kebijakan social distancing, otomatis Yuli sudah bekerja di rumah sejak Maret 2020 lalu. Sedangkan Eddy juga menghentikan sementara pekerjaannya sebagai pengemudi ojek online (ojol).

Kemudian bagaimana cara mereka bertahan hidup saat ini?

Tidak ke sekolah lagi, membuat Yuli harus mengajar para anak didiknya dari rumah melalui internet dan fasilitas chat WhatsApp (WA). Uang transport hilang, apalagi uang makan. Sementara Eddy, sementara hanya mengerjakan penjualan online seperti madu dan sabun.

"Pastinya penghasilan sehari-hari turun drastis. Tapi kami harus bisa menyiasati semuanya. Anak-anak masih sekolah, jadi saat wabah inilah, setiap keluarga harus bersatu mempertahankan hidup bersama-sama sebagai satu kesatuan utuh," ucap Yuli kepada RRI, Jumat (3/4/2020).

Untuk 'menambal' uang harian mengajar yang biasanya didapatkan Yuli, ia sekarang ganti menjajakan masker hasil produksi seorang teman baiknya di Jakarta. Kemudian hasilnya disatukan dengan penjualan madu dan sabun sang suami, keuntungan penjualan itulah yang digunakan menjadi pemenuh kebutuhan makan sehari-hari sampai selesai darurat wabah Corona di Indonesia.

Yuli dan Eddy belanja kebutuhan makan sehari-hari tiga hari sekali. Menu makanan juga diubah jadi sederhana sekali, supaya dana bisa mencukupi. Contohnya, ikan diganti tahu, sayuran diganti telur, sedangkan untuk nasi itu sudah wajib. 

"Sebagai tambahan lauk, kami stok mi instan. Itu bisa dimakan pakai telur atau dicampur sosis harga seribu per satu biji, seperti yang dijual warung-warung jajanan itu, lho. Ditambah lagi stok susu buat anak, karena saya ada anak kecil satu orang, serta kopi saschet buat suami kalau malam hari," ujar Yuli menambahkan.

Untuk belanja semua kebutuhan itu, Yuli selalu diantar Eddy ke pasar tradisional tak jauh dari kediaman mereka. Kenapa setiap tiga hari sekali kebutuhan dipenuhi, karena dalam tiga hari, keduanya mengejar penjualan masker, sabun dan madu. Keuntungannya hanya kecil, tapi dikumpulkan sedikit demi sedikit sampai tiga hari, supaya bisa belanja agak banyak.

"Tinggal di rumah juga ada hikmahnya, transport naik angkot dan isi bensin sepeda motor juga menurun jauh, sehingga bisa dialokasikan untuk kebutuhan makan saya, suami dan anak-anak, serta orang tua yang ada di rumah," sambungnya.

Seperti disebutkan tadi, Yuli punya anak kecil berusia tujuh tahun, yang masih suka makanan camilan atau jajanan. Dengan keadaan seperti ini, ia tidak bisa memenuhinya. Tapi diganti dengan jajanan seadanya, namun sehat dan mengenyangkan. Apa itu?

"Saya buatin puding coklat yang banyak dengan es lilin sebagai pengganti jajan. Saya bilang, keadaan lagi sulit, ibu dan bapak belum bisa kerja dulu, jadi kamu belum bisa jajan. Tapi ini ada puding sama es lilin. Dan ternyata dia suka dan mau makan itu setiap hari sebagai pengganti jajan," imbuhnya.

Lalu bagaimana harapan Yuli dan Eddy ke depannya nanti?

"Saya sih berharap darurat wabah ini segera berakhir. Kami tidak bisa memastikan sampai kapan bertahan seperti ini, karena sudah mengetatkan ikat pinggang di sini. Ikan ganti tahu dan sayur diganti telur tambah mi instan. Jadi harapan kami, bencana ini cepat berlalu dari Indonesia, supaya kehidupan bisa berjalan lagi seperti sediakala. Saya tidak pikir bagaimana saya dan suami bisa makan, tapi anak-anak sekarang yang ada di pikiran kami berdua, serta orang tua yang tinggal bersama kami," tandasnya. (Foto: Yuli/Dok. Istimewa)