KBRN, Padang : Prajurit sejati tidak pernah mengenal kata takut karena dalam konteks pelaksanaan tugas operasi di medan tempur hanya ada dua pilihan, dibunuh atau membunuh. Hal itu diungkapkan Danyonif 133 Yudha Sakti, Mayor Infantri Andhika Ganessakti kepada RRI, Rabu, (28/9/2022).
Dikatakan, tantangan dan risiko yang dihadapi prajurit terbilang cukup berat. Dalam kondisi demikian, mereka tidak harus lagi berpikir tentang kebaikan, namun lebih kepada nilai-nilai kebenaran yang menempatkan NKRI sebagai harga mati. Tidak ada pilihan lain bagi prajurit ketika mereka bertaruh jiwa raga demi menjalankan tugas negara.
" Senjata bulan lagi pajangan, namun menjadi bagian dalam diri setiap prajurit yang tidak saja dituntut handal di medan tempur namun dalam pelaksanaan tugas teritorial dan inteligen," ujarnya.
Senada dengan apa yang disampaikan Pratu Muhammad Ari Pranata, prajurit Yonif 133/YS yang kini menempa diri untuk persiapan ke Papua Barat. Tidak ada pilihan bagi prajurit, dalam kondisi apa pun mereka siap menjalankan panggilan tugas.
Kepada RRI, Ari Pranata mengaku, panggilan tugas ke medan operasi adalah kehormatan bagi prajurit TNI. Idealnya, prajurit harus siap dalam kondisi apa pun dan mampu menjaga nama baik satuan dimana pun mereka diperbantukan sebagai satuan organik yang utamanya adalah garda terdepan, penumpu keutuhan negara.