hiburan

NU - Muhammadiyah Apresiasi Film "Jejak Langkah 2 Ulama"

Oleh: Syamsudin Editor: Lucky Setiawan 10 May 2020 - 11:31 semarang

KBRN, Semarang : Film Jejak Langkah 2 Ulama mendapat sambutan hangat dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) Dan Muhammadiyah di Jawa Tengah. Apalagi flim tersebut bercerita tentang sejarah dan perjuangan KH Hasyim Asy’ari dan  Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri NU serta Muhammadiyah.

Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Musahadi mengaku kagum dengan pemeran santri dalam “Flim Jejak Langkah 2 Ulama”. Menurutnya, para artis pemeran dapat menjiwai peran terutama saat berakting sedang membaca kitab salaf.

“Film tersebut malah terdapat santri yang sedang menghafalkan nadzam Alfiah dan bacaanya fasih. Ini bukti bahwa film ini diperankan orang-orang yang paham agama," ujarnya usai nonton bareng film Jejak Langkah 2 Ulama di komplek Masjid Agung Jawa Tengah, Senin (24/2/2020).

Meski mengapresiasi “film Jejak Langkah 2 Ulama” sebagai upaya mengenalkan NU dan Muhammadiyah kepada generasi milenial, Prof  Musa berharap penonton tetap kritis. Hal ini disebabkan flim tersebut telah memasukan kreasi dalam alur ceritanya untuk menarik minat penonton.   

"Kita pahami secara kritis, dengan hati-hati. Jangan dianggap seperti film dokumenter," pintanya

Adapun kritikannya, Prof Musa menilai flim tersebut belum menampilkan perbedaan prisip NU dan Muhammadiyah yang sering terjadi dimasyarakat. Diantaranya tentang jumlah rakaat shalat tarawih dan fatwa tentang rokok.

"Tidak memperlihatkan perbedaan prinsip yang sering terjadi di kalangan NU dengan Muhammadiyah," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah,  KH Tafsir menilai, “Flim Jejak Langkah 2 Ulama” dapat diterima masyarakat mengingat NU dan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia.

"Melihat Islam Indonesia pasti melihat NU dan Muhammadiyah. Dengan menonton film ini, mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran sehingga bisa meneladani bagaimana bisa mewarnai Indonesia," harapnya

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo Semarang ini menuturkan, spirit yang dibangun oleh pendiri Muhammadiyah membangun Islam yang berkemajuan, bukan semangat pemurnian. Oleh karena itu film tersebut telah mencerminkan karakter melankolis KH Ahmad Dahlan yang menjadi karakter orang-orang Muhammadiyah.

"Memberikan layanan pendidikan, sosial, dan kesehatan," tutupnya.